Politik

Pilih G20 atau G19: Terkenang Imbas Klaim 'Indonesia Negara' Berdaulat Pada Asian Games 1962

Moh Sarengat dalam final lari 100 M di ajang Asian Games di Jakarta pada tahun 1962.
Moh Sarengat dalam final lari 100 M di ajang Asian Games di Jakarta pada tahun 1962.

Indonesia kini ketua G-20. November mendatang di Bali digelar konferensi G-20. USA sudah minta, Rusia dikeluarkan dari G-20, sedangkan PM Australia telah kontak Presiden Jokowi untuk tidak mengundang Vladimir Putin, Presiden Rusia.

Pejabat Kemlu berkomentar, kita 'kan berdaulat. "Wah mas, persoalannya bukan di situ. Anak kelas IV SD di Ukraine juga tahu Indonesia negara berdaulat?"

Waktu tahun 1962 kita tuan rumah Asian Games kita juga negara berdaulat. Tapi karena sebagai tuan rumah kita tak undang Israel maka kita kena sanksi aneka rupa, termasuk tak ikut Olympiade Tokyo 1964 Asian Games di Jakarta juga tak diakui.

Scroll untuk membaca

Scroll untuk membaca

Imbas sanksi pada masa itulah ke Indonesia yang kemudian menyebabkan rekor juara sekaligus peraih emas nomor bergengsi lari 100 M dan lari gawang 110 M. Moh Sarengat, yang asli orang Purwokerto itu tak diakui Federasi atletik Internasional (IAAF). Padahal Sarengat yang kelak menjadi dokter itu rekornya luar biasa. Kala itu dia memecahkan rekor lari gawang Asia dengan catatan waktu 10,44 detik. Rekor ini melibas rekor lari 110 lari gawang sebelumnya milik Pelari Pakistan, Abdul Khalik, 10,6 detik yang dia buat di Asian Games sebelumnya di Manila. Sarengat adalah teman sekelas saya di SMA 1 Boedi Utomo yang legendaris itu.

Alhasil, kalau kembali soal hajatan di Bali itu, negara kita ini bukan shahibul hajat G-20 walau diadakan di Bali, pemilik hajat adalah G-20. Kita hanya tuan rumah.

Permintaan USA dan Austarlia mengandung kesamaan, mereka tak mau lihat Putin ada di Bali.

Karena USA berpengaruh, kalau Indonesia tak penuhi permintaan Australia, barat tentu sudah ada solusi. Karena mereka anggap ini bukan isu besar, maka tak akan mereka dibesar-besarkan.

Yang big issue bagi barat dan yang merupakan sekutu AS adalah agresi Rusia ke Ukrine. Kemarin 24/3/2022 diadaksn pertemuan NATO yang juga dihadiri Presiden USA Joe Biden. Dikabarkan bahasan meliputi kemungkinan Rusia gunakan senjata kimia dan atau nuklir. Juga bantuan China ke Rusia. Pertemuan ini akan berlanjut Juni depan di Spanyol.

Pihak Putin sementara belum banyak yang bisa mereka buat. Karena kalau Rusia mau bermain nuklir, mungkin ini keputusan yang nekad. Keadaan mereka pun parah di Ukraine. Serdadu Rusia menyerah sambil jual tank yang masih mulus dan dibeli Ukraine senilai Rp 144 juta.

Bagaimana Indonesia akan bersikap? Tentu harus memilih antara undang Putin dan tak undang Putin.

Kalau Indonesia tetap mengundang Putin, pihak barat akan lakukan upaya G-20 jadi G-19 tanpa Rusia.

Indonesia harus mengambil putusan dangan serius dan matang dalam undang atau tidak Putin ke G-20 di Bali November mendatang.