Ramadhan Malioboro: Dari Flash Mob Ngaji, Hingga Kacang Hingga Kicak Ketan Kampung Kauman
MENTERI Agama Yaqut Cholil Qoumas semalam mengumumkan 1 Ramadan 1443 H jatuh pada Ahad, 3 April 2022, setelah melalui sidang itsbat. Berbeda dengan keputusan Pemerintah, jamaah Muhammadiyah dan An Nadzir (Gowa, Sulawesi Selatan) memulai puasa lebih dulu pada Sabtu, 2 April. Sementara jamaah Naqsabandiyah (Padang, Sumatra Barat) lebih cepat lagi menetapkan awal puasa pada Jum’at. 1 April.
Perbedaan penetapan awal Ramadhan termasuk wilayah ijtihadi atau penggunaan ranah intelektualitas yang bukan termasuk wahyu ilahi. Oleh karenanya tak perlu direspon dengan kerut di dahi apalagi sampai renggangkan silaturahmi. Perbedaan jenis ini justru memperlihatkan kekayaan khazanah paradigma dan metoda. Bisa juga diteroka sebagai bentuk kearifan lokal tanpa rekayasa dan propaganda.
Perbedaan bisa mendatangkan kenikmatan atau penderitaan, semua tergantung isi kepala. Simak pemandangan pedestrian Malioboro beberapa hari lalu jelang masuk Ramadan. Sebuah pemandangan langka terjadi ketika seribuan warga Yogya mengaji. Ada yang duduk dan berdiri. Tua-muda, berblangkon atau gunakan hoodie. Mereka baca kitab suci bukan versi aplikasi digital melainkan mushaf cetak konvensional. Selain Surat Yasin, dilantunkan juga shalawat nabi.
Kegiatan yang digagas Badan Wakaf Alqur’an (BWA) ini sontak mendulang kontroversi setelah viral di media sosial. Ketua Umum MUI Yogyakarta Prof. Dr. KH Machasin tak mempersoalkan. “Baca Qur’an boleh di mana saja, asal jangan di WC. Untuk nyadran di Malioboro itu asal tidak mengganggu pengguna trotoar lain yang lewat, tidak apa-apa,” ujar Guru Besar Sejarah UIN Sunan Kalijaga yang pernah menjadi Rais Syuriah PBNU.
Sebaliknya bagi YouTuber seperti Eko Kuntadhi, ngaji bareng itu diresponnya dengan membuat sebuah konten berjudul “Ngaji di Malioboro!! Ibadah kok Pamer?? (Masuk Pak Eko #32, 31 Maret 2022). Dia mendeskripsikan hal itu sebagai kelanjutan fenomena pamer ibadah ritual di tempat umum.