Isyarat Pohon Sawo dan Musnahnya Jaringan Islam di Jawa

Sejarah  

Di Pondok Pesantren Sabilil Muttaqien (PSM) Takeran,Magetan Jawa Timur, pohon sawo kecik juga berdiri tegak menjulang tinggi persis di tengah halaman masjid. Pesantren yang didirikan salah satu panglima perang pasukan Diponegoro, Pangeran Kertopati, lagi-lagi menjadi bukti adanya simpul pergerakan atau 'jaringan Islam' di situ.

''Pohon sawo itu sudah ada dari dulu. Bahkan ketika saya lahir pohon itu sudah ada,'' kata Pengasuh Pondok Pesantren Takeran, KH Zakaria.Meski begitu dia mengaku tak tahu persis mengenai makna pesan yang terkait dari ditanamnya pohon tersebut.

''Seusai perang Diponegoro berakhir, Pangeran Kertopati berhasil bersembunyi di hutan yang ada di sekitar lereng Gunung Lawu. Setelah situasinya reda eyang saya mulai mendirikan langgar, yang kemudian oleh salah satu putranya, yakni KH Hasan pada tahun 1880 mulai dirintis dan dibesarkan menjadi pesantren hingga sekarang ini,'' ujar Zakaria.

Scroll untuk membaca

Scroll untuk membaca

Keliatan jaringan pergerakan Islam yang diisyaratkan oleh pohon sawo tua tersebut, pun telah dibuktikan oleh kiprah Pesantren Takeran itu. Bukti yang paling nyata adalah peran pesantren itu dalam masa menjelang dan masa awal kemerdekaan. Harap diketahui di pesantren itulah pendirian partai Masyumi (Majelis Syura Muslimin Indonesia) digagas. Tak hanya itu berbagai pemikiran mengenai pembentukan dasar negara dari kelompok umat Islam yang akan dibawa ke rapat BPUPKI di pesantren inilah dulu dimatangkan.

''Istilahnya, di Pesantren Takeran ide itu diolah atau dimasak. Lalu ketika siap disajikan maka itu diajukan di Pesantren Tebu Ireng Jombang,'' kata Zakaria.

Dan sebagai pusat pergerakan Islam, tentu saja Pesantren Takeran kerap menjadi sorotan. Bukan hanya itu saja pesantren ini juga acapkali menjadi korban pergerakan politik. Di zaman pra kemerdekaan, selain punya hubungan emosional dengan 'pergulatan perang Jawa' (Perang Diponegoro), pesanren ini pernah menjadi melakukan perlawanan terhadap penguasa Kerjaan Mangkunegaran Solo karena bertindak sewenang-wenang. Peristiwa ini terjadi pada sekitar tahun 1916-an.

Namun kisah yang paling tragis dari Pesantren itu terjadi pada masa awal kemerdekaan, tepatnya pada 17 September 1948. Saat itu gerombolan pemberontak PKI pimpinan Muso menyerbu dan menculik penghuni pesantren itu. Akibatnya, pengasuh pengasuh pondok dan beberapa santri hilang. Beberapa diantaranya jasadnya kemudian ditemukan disebuah lubang sumur tua yang berada di tengah perkebunan tebu.

''untuk Kiai Mursyid dan sesama kiai pesantren itu lainnya sampai kini jasadnya belum ditemukan,'' begitu tulis KH Abdurrahman Wahid, dalam sebuah tulisannya di Majalah Persepsi yang terbit pada tahun 1982.

Pesantren Takeran, Magetan, Jawa Timur. Lihat suasana masjidnya sangat bernuaansa Jawa. Di depan pesantren ini tumbuh pohon sawo.Namun, di masa kini isyarat pohon sawo meski bermakna dalam, namun mulai dilupakan. Hal inilah misalnya menimpa pesantren peninggalan Pahlawan Nasional asal Bekasi, KH Noer Alie. Beberapa bulan silam pohon sawo tua yang di depan pesantrennya itu dikabarkan ditebang.

Mendengar ini tentu saja membuat hati orang yang tahu makna pohon itu seperti teriris-iris. Isyarat pergerakan Islam rupanya tak dikenali lagi!

Ikuti Ulasan-Ulasan Menarik Lainnya dari Penulis Klik di Sini
Image

Kontak Info

Jl. Warung Buncit Raya No 37 Jakarta Selatan 12510 ext

Phone: 021 780 3747

[email protected] (Marketing)

× Image