Diponegoro, Seruan Konggres Muhammadiyah Tahun 1931 Hingga Islamophobia Masa Kini

Agama  
Poster Konggres Muhammadiyah tahun 1931.\
Poster Konggres Muhammadiyah tahun 1931.\

Jamiatul Khair organisasi (Islam) tertua berdiri 1903. Lima tahun lebih dulu dari Boedi Oetomo. Muhammadiyah berdiri, 1912.

Sarekat dagang sebagai komunitas bisnis sudah ada di berbagai zona ekonomi sejak Islam kuasai dagang di Indonesia XI M. Sarekat dagang yang memilih Syahbandar.

Sarekat Dagang Islam (SDI) yang didirkan Samanhudi di Solo bermula dari "koperasi" batik Muslim. Sifatnya tak sentralistik. Di Jakarta SDI diketuai oleh Tirtoadisuryo pada tahun 1909 dan di Bogor di pimpin oleh Bajenet pada tahun 1909 pula.

Scroll untuk membaca

Scroll untuk membaca

H0S TJokro ikut SDI tapi tak ada kaitan inspiratif dengan kelak berdirinya SI 1912. "sejarawan' kait-kaikan keduanya.

Pendiri SI OMAR SAID dan Ali kemudian menyurati organisasi Indian Moslem: A Muis later on. Diduga Surati ide drager (ide pokoknya) mengenai perlunya organisasi Islam ideologis. Mungkin ia orang Pan Islamisme jaringan Pekojan.

Sarekat Islam dapat status RECHTSPERSOON (Badan Hukum) pada 1913. Menurut A.P.E Korver pada tahun 1914 anggota SI tercatar sudah capai 2 juta orang.SI menjadi organisasi besar dan kuat berkat disiplin iuran anggota .

Muhammadiah yang bulan November akan menggelar konggres di Solo, saat itu, yakni dalam waktu 19 tahun dari pendiriannya, 1912-1931, menggelar 20 kali kongres. Pster konggres ini bergambar Pangeran Diponegoro dengan seruan menyongsong kesentosaan alias kegemilangan bin kemenangan: "Hayya 'allal soholah"

Disiplin inilah yang membuat Muhammadiah sukses dalam menjalankan program pendidikan dan kesehatan. Diduga asset Muhamnadiah kini senilai puluhan Triliun rupiah. Ini bisa membuat pihak, bahkan negara, yang lagi berkantong tipis dan dililit hutang ilernya menetes-netes, mau meminjam, tapi malu.

Muhammadiyah anggota istimewa Masyumi. Tahun 1968 ikut mendirikan Parmusi. Setelah itu sebagai organisasi Muhammadiyah tak lagi melibatkan diri dalam politik prajtis. Pribadi-pribadi bebas untuk ikut politik praktis mau pun politik yang tidak praktis.

Saya mengenal akrab seorang tokoh Muhamnadiah sejak Orla sampai Suharto roboh: Lukman Harun. Ia tipe aktivis sejati. Suatu hari di jaman Orba ia berpesan, "Wan kalau politik ummat mau selamat, pegang Pak Harto!".

Suatu hari tatkala reformasi sudah muncul saya ketemu Lukman. Saya tanya dia: "Man Pak Harto rubuh, Man?."

Lukman balas menyahut: "Wan ente lihat saja nantj Islam bakal bagaimana. UUD 45 sudah di-acak-acak?".

Ketika tanggal 15 Maret 2022 PBB sahkan resolusi Perangi Islamo phobia, tiba-tiba saya teringat temanku Lukman Harun yang telah lama pergi. "Lukman tak mengalami.." bisik hatiku.

Penulis Ridwan Saidi, Budayawan Betawi dan Sejarawan.

Kontak Info

Jl. Warung Buncit Raya No 37 Jakarta Selatan 12510 ext

Phone: 021 780 3747

[email protected] (Marketing)

× Image