Karena Emas di Papua: Kenangan Indah Novel Tahun 1947 yang Tak Kunjung Terwujud

Budaya  

Dan kehebetan Wolaz tak hanya sebatas itu. Pada suatu kunjungan Presiden Nelson Mandela di Istana Negara, Wolaz dengan gagah berani mengangkat tangan di kala rekan wartawan lain ragu bertanya. Tak cukup angkat tangan dan bertanya, dengan bahasa yang teratur dia mengenalkan asal usulnya dari Papua. ''Saya seperti bapak berkulit hitam dan keriting,'' katanya dalam bahasa Inggris yang lancar. Nelson pun tertawa, dan Wolaz tentu membalasnya dengan tawa yang bahagia.

Nah, sekarang 'Kaka' Wolaz bermukim di Manokwari. Ketika situasi rusuh kemarin saya menelpon dia. Dia terkesan santai saja.''Kerusuhan sudah ditangani. Orang Jakarta jangan khawatir. Semua tokoh adat dan agama sudah turun. Cuma suasana masih mencekam karena warga belum berani ke luar rumah. Jalanan masih ditutup aparat keamanan,'' kata Wolaz Senin siang kemarin. Mendengar ini saya pun lega. Ketenangan dan keberanian Wolaz inilah yang telah membuatnya sempat terpilih menjadi Ketua Majelis Rakyat Papua. Wolaz membuktikan diri sebaga juru bicara atau diplomat ulung.

Dan khusus Untuk Kaka Frans Manaigasi saya masih menyimpan tanya: Masihkah 'ipar' ingat ketika kita berhari-hari menginap di hotel yang indah di pinggir pantai pantai Biak. Pantai dengan pasir putih dan hutan serta pepohonan nyiur melambai-lambai membuat saya betah tidur semalaman di tepinya. Kita turun dari pesawat dam menginjakan kaki di bandara peninggalan jendral Mc Arthur yang legendaris. Run way bandara itu terlihat kokoh sekali karena terhampar di atas batuan karang.

Scroll untuk membaca

Scroll untuk membaca

Saya juga jadi teringat kepada 'maha guru politik' abangda Simon Patrice Morin yang katanya asal Pulau Serui (pulau yang diseberang Biak). Dia bercerita begini:''Bung kalau air laut lagi surut, kami bisa jalan kaki menyeberangi laut ke Serui dari Biak,'' kata Om Simon sembari menunjuk lokasi selat yang terlihat keputihan dari kejauhan.

Pendek kata, apakah masih ada keindagan Papua yang saya bayangkan melalui novel tahun 1947 itu? Bagaimana nasibnya setelah dipecah dalam banyak provinsi baru?

Kontak Info

Jl. Warung Buncit Raya No 37 Jakarta Selatan 12510 ext

Phone: 021 780 3747

[email protected] (Marketing)

× Image