Bangsa Indonesia Lahir 17 Agustus 1945, Sebelum itu adalah Wilayah Para Sultan!!

Sejarah  
Tokoh Pendiri Perhimpunan Indonesia  (Indische Vereeniging)
Tokoh Pendiri Perhimpunan Indonesia (Indische Vereeniging)

Oleh: Batara Hutagalung, Peneliti Sejarah*

“Bangsa yang tidak kenal sejarahnya

juga kehilangan identitas atau kepribadiannya.”

Scroll untuk membaca

Scroll untuk membaca

Prof. Sartono Kartodirjo, Guru Besar Ilmu Sejarah

(15.2.1921 – 7.12.2007)

Penulisan sejarah di buku-buku sekolah di Indonesia yang terbit sejak tahun 1950-an, selain banyak yang hanya terjemahan dari buku-buku sejarah bahasa Belanda dan bahasa Inggris, para mantan penjajah, juga banyak yang merupakan hasil rekayasa, manipulasi bahkan pemalsuan sejarah. Hal ini mengakibatkan, generasi sekarang tidak lagi mengetahui sejarah Indonesia dan sejarah “pra” Indonesia yang sebenarnya. Rekayasa dan manipulasi tersebut antara lain mengenai “Sumpah Pemuda 28 Oktober 1928” dan “Kebangkitan Nasional 20 Mei 1908.”

Demikian juga mitos yang salah yang tidak berdasarkan fakta sejarah, yaitu bahwa Belanda menjajah Indonesia 350 tahun. Yang dijajah bukan Indonesia, melainkan kerajaan-kerajaan dan kesultanan-kesultanan di Asia Tenggara, yang sekarang sebagian besar termasuk wilayah negara Indonesia. Hanya satu kota pelabuhan, Jayakarta, yang dikuasai oleh Belanda sejak tanggal 30 Mei 1619, dan kemudian beberapa pulau penghasil rempah-rempah di Kepulauan Banda yang dikuasai Belanda selama lebih dari 300 tahun. Beberapa kerajaan dijajah Belanda hanya sekitar 30-an tahun saja sampai tanggal 9 Maret 1942. Fakta-fakta ini menunjukkan, Belanda memerlukan waktu lebih dari 300 tahun untuk dapat menguasai sebagian besar wilayah di Asia Tenggara. Negara dan bangsa Indonesia sebagai entitas politik yang baru ada sejak 17 Agustus 1945, tidak pernah dijajah.

Karena rekayasa mengenai Kerapatan Pemuda Indonesia kedua tahun 1928 yang kemudian dikenal sebagai Kongres Pemuda Indonesia II, banyak yang berpendapat, bahwa bangsa Indonesia “lahir” tanggal 28 Oktober 1928. Faktanya, pada 28 Oktober 1928 tidak ada pembacaan sumpah atau ikrar besama. Tanggal 28 Oktober ditetapkan menjadi “Hari Sumpah Pemuda” melalui Keputusan Presiden No. 316 tahun 1959. Ini adalah keputusan politik untuk kepentingan penguasa pada waktu itu, tanpa adanya Naskah Akademik. Sejarawan JJ Rizal tahun 2012 menulis, bahwa “Sumpah Pemuda 28 Oktober 1928” adalah “Kebohongan Besar.”

Juga banyak rakyat Indonesia berpendapat, bahwa bangsa Indonesia sudah ada sejak lama. Namun tidak ada yang dapat menjelaskan sejak kapan adanya bangsa Indonesia, Juga tidak dapat menerangkan, apakah bangsa dalam pengertian etnologi/antropologi budaya atau bangsa (nation) dalam pengertian politik.

Ikuti Ulasan-Ulasan Menarik Lainnya dari Penulis Klik di Sini
Image

Kontak Info

Jl. Warung Buncit Raya No 37 Jakarta Selatan 12510 ext

Phone: 021 780 3747

[email protected] (Marketing)

× Image