Sejarah

Sejarah Tentara Bayaran Muslim: Dari Dinasti Fatimiyah, Slavia, Hingga Legiun Hitler

Mufti Palestina melakukan inspeksi legiun Muslim dalam pasukan SS Jerman.
Mufti Palestina melakukan inspeksi legiun Muslim dalam pasukan SS Jerman.

''Kalau ingin damai harus siap perang!" Semboyan semenjak zaman Romawi ini sampai hari ini masih berlaku. Semua negara menyiapkan mesin perangnya karena mereka tak ingin. Perang memang indah hanya di film, tapai kalau mengalami langsung --apapun alasannya-- bagi yang mengalaminya langsung perang sama sekali bukan sesuatu keadaan yang indah. Perang jelas sama sekal tak enak.

Maka,dari sekian banyak variasi dan bentuk ilmu militer peninggalan peradaban Islam, salah satunya adalah munculnya fenomena tentara bayaran sebagai penopang utama sebuah pemerintahan. Hal ini terjadi pada Kekhalifahan Fatimiyah di Mesir. Masa pemerintahan dinasti ini berlangsung hampir dua abad lamanya, antara tahun 909 M hingga 1171 M. Nama Fatimiyah yang mereka pakai sebagai klaim bahwa penguasa dinasti ini adalah masih keturunan Nabi Muhammad Saw dari garis puterinya: Fatimah.

Mereka terpaksa memakai tentara bayaran karena dinasti yang memusatkan pemerintahannya di Mesir ini adalah penganut Syiah Ismailiyah. Padahal waktu itu pengikut syiah adalah kelompok minoritas di Kota itu. Penduduk Mesir sebagian besar menganut Islam suni. Jadi, tentara bayaran oleh Kekhalifahan Fatimiyah dipakai

Scroll untuk membaca

Scroll untuk membaca

sebagai jalan keluar untuk melanggengkan kekuasaan karena warga Mesir memang

tidak suka kepadanya. Selain itu, legiun ini juga dipakai sebagai alat untuk membasmi berbagai pemberontakan.

Lalu dari mananakah anggota tentara bayaran itu berasal? Ada dua kelompok besar tentara bayaran milik Kekhalifahan Fatimiyah. Pertama, adalah resimen kulit hitam atau Zawila. Anggota legiun tentara ini direkrut dengan cara membeli dari pasar budak yang pada saat itu banyak bermunculan di Afrika, terutama di pusatnya yang berada di dekat Danau Chad.