Inilah Pengaruh Ottoman di Berbagai Kasultanan Nusantara (Bag 1)
Setelah terjadi kemelut, adanya kenyataan Hagia Sophia yang kembali dipergunakan sebagai masjid setelah hanya menjadi museum, kini telah mereda. Tak muncul lagi protes seperti kala Presiden Turki Erdogan dengan mengacu pada putusan pengadilan hendak mengembalikan situs bersejarah tersebut menjadi masjid kembali.
Dahulu penolkan tersebut, begitu terasa melalui berita di media massanya. Mereka yang selama ini menjadi 'seteru' Turki, tak muncul sikap enggan. Entah karena apa. Namun yang jelas sentimen sentimen politik itu tak berbekas. Mungkin sudah lupa.
Bagaimana dengan Indonesia? Jawabnya, sampai hari ini juga tak bersuara. Namun bagi orang Indonesia ada pertanyaannya lebih penting dari soal hagia Sophia itu yakni: Apakah soal Hagia Sofia dan Turki terjejak di bumi Nusantara? Lalu seperti apa contohnya?
Jawabnya pasti belum banyak tahu bila Ottoman Turki begitu banyak meninggalkan jejak. Pada arsitektur Haga Sophai misalnya gaya bangunannya yang menggunakan lengkung dan kubah sudah semenjak dahuku banya ditiru dalam bangunan masjid di Indonesia. Hal ini misalnya pada Masjid Darussalam di Banda Aceh.
Yang berbau politik kekuasaan atau yang serius misalnya, soal pengaruh penyebaran Islam dan pendirian kerajaan atau kesultanan Demak misalnya ada hubungannya dengan imperium Ottoman. Berbagai kesultanan yang ada di Nusntara ini jelas sekali terpengaruh Ottoman. Pada kesultanan Mataram misalnya tata kotanya meniru gaya Ottoman. Begitu juga tata kota kabupaten. Ciri kahasnya adalah di depan kantor bupati ada lapangan, di sebelah kanan masjid, dan disebelah kiri penjara. Di belakang itu semua ada bangunan pasar.
Dahulu, p engaruh Ottoman terjadi di masa sebelum dan awal pendirian Demak, salah seorang 'Wali Sanga', Sunan Gunung Jati memang sempat dua kali ke Makkah untuk beribadah haji dan mencari restu kepada Syarif Makkah yang kala itu menjadi lambang perwakilan kekuasaan Ottoman. Sunan Gunung Jati pergi menemuinya demgan tujuan yaang jelas yakni untuk meminta perlindungan dari sebuah kesultanan mungil yang akan baru lahir di wilayah pantai utara Jawa. Pelrindungan ini strategis karena Ottoman kala itu eksis menjadi imperium dunia.