Politik

Erdogan Menang Pilpres: Bye bye bye, Kemall, Ada Apa dengan Hasil Survei?

Erdogan bersama isteri ketika membuka Hagia Sophia dari museum menjadi masjid.
Erdogan bersama isteri ketika membuka Hagia Sophia dari museum menjadi masjid.

Untuk keempat kalinya Erdogan memenangkan pilpres di Turki. Ini mungkin dianggap tak masuk akal di alam politik dunia terbuka dan ditengah represi dunia barat kepada Turki. Apalagi untuk pilpres kali ini. Dia menjadi sosok under dog. Survei-survei dari berbagai lembaga di Turki ditersungkur dibabak awal pilpres. Erdogan dikatakan tak dapat memenangkan putaran pertama pilpres. Erdogan tertinggal dari sosok calon presiden dari kubu oposisi, Kemal Kilicdaroglu.

Dari perhitungan akhir pilpres, Recep Tayyip Erdogan Ahad (28/5/2023) yang mencapai 98,8 persen, porsi suara yang diraih Erdogan mencapai 52,1 persen. Sementara pesaingnya dari kubu Kemalis, yakni Kemal Kilicdaroglu meraup suara 47,9 persen.

Pertanyaan kita mengapa Erdogan berhasil menang kembali? Padahal posisi dia kini rentan, generasi muda yang lahir 20 tahun lalu tak tahu secara konkrit makna kehadiran dia dan partainya pada politik Turki, melalui Partai Keadilan dan Persatuan.

Scroll untuk membaca

Scroll untuk membaca

Tak hanya itu karir Erdogan juga menajubkan. Erdoğan mulai jadi politikus yang diperhitungkan ketika dia mampu menjadi Walikota Istambul dalam pemilu lokal pada 27 Maret 1994.

Lebih menajubkan lagi, sebelum jadi wali kota Istambul, Erdogan sempat dipenjara pada 12 Desember 1997 karena puisinya yang dianggap bermasalah. Setelah empat bulan di penjara, Erdoğan mendirikan Partai Keadilan dan Pembangunan (AKP) pada tanggal 14 Agustus 2001. Dari tahun pertama, AKP menjadi gerakan politik terbesar yang didukung publik di Turki. Pada pemilihan umum tahun 2002 AKP memenangkan dua pertiga kursi di parlemen. Mereka kemudian membentuk pemerintahan tunggal yang mereka terus kuasai selama 11 tahun.