Budaya

Mengembalikan Marwah Sebutan Cebong, Kampret, Pinokio, dan Petruk dari Peyorasi Politik

Punakawan: semar, gareng, bagong, dan petruk. (wikipedia.org/)
Punakawan: semar, gareng, bagong, dan petruk. (wikipedia.org/)

Oleh: Jaya Suprana, Budayawan, Penggagar Rekor Muri, Aktivis Pedamaian.

Hiruk-pikuk politik Indonesia selama ini membuat banyak kata sebutan dalam bahasa Indonesia mengalami derita penurunan makna atau dipeyorasikan (menjadi kata berkonotasi negatif). Padahal kata itu sejatinya netral, bahkan punya marwah kebaikan.

Namunm memang bangsa Indonesia tergolong kreatif dalam memproduksi kata cemooh terutama di panggung politik untuk melecehkan pihak lawan politik mulai dari cebong, kampret, kadrun, Pinokio sampai Petruk.

Scroll untuk membaca

Scroll untuk membaca

Sebenarnya masing-masing kata cemooh tersebut tidak mengandung makna negatif. Misalnya, cebong adalah mahluk imut yang merupakan bagian hakiki proses metamorforsa katak.

Sementara kampret merupakan satu-satunya jenis mamalia memiliki kemampuan terbang serta tidur dalam posisi kepala di bawah sambil berdaya dengar melebihi daya lihat manusia biasa seperti Dare Devil dan Batman atau para Vampir.

Kadrun sebagai akronim kadal gurun pada hakikatnya adalah mahluk yang paling perkasa-mandraguna sehingga mampu paling lama bertahan hidup di padang gurun tanpa makan dan minum di bawah panas sinar matahari yang membara bumi.