Budaya

Kisah dari Sota, Perbatasan Papua: Lagu Rumah Semut, Ada Pelangi di Matamu?

Rumah Semut di hutan Wasur, Sota, Merauke.
Rumah Semut di hutan Wasur, Sota, Merauke.

Lagu Rumah Semut

Oleh: Muhammad Subarkah*

Katu melompat girang meluncur turun dari atas dahan jambu mete raksasa ketika melihat serombongan orang muncul dari balik gundukan rumah semut.

Scroll untuk membaca

Scroll untuk membaca

’Om Diken!’’ teriaknya keras sembari berlari menghampiri seorang lelaki yang bercambang lebat dan berkulit hitam mengkilat.

Keduanya segera berpelukan. Badan Katu yang mungil segera diangkat ke pundak Diken yang kokoh.

‘’Om bawa oleh-oleh apa?’’ tanya Katu.

Diken hanya tertawa kecil saja. Dia malah mempercepat langkahnya sembari melompat-lompat menirukan gaya Kanguru.

Katu tertawa kegirangan.’’Om bawakan dompet kulit buaya. Dan tentu saja kulit kina untuk mamamu,’’ jawab Diken.

Langkah Diken kini semakin cepat. Katu pun terus berteriak kegirangan.Sesampai di tugu perbatasan Sota, Merauke, rombongan berbelok menuju sebuah bangunan rumah kayu.

Satu persatu mereka serahkan kartu pas jalan kepada petugas imigrasi untuk diperiksa.‘’Siapa saja yang di rumah Katu?,’’ tanya Diken.

Gadis kecil berambut keriting kemerahan kemudian menerangkan siapa saja anggota keluarganya yang berada di rumah.’

’Tinggal Papa sama mama. Om Martin tengah pergi ke hutan. Om Kelly kerja di Mimika,’’ sahut Katu.

Diken kemudian mengangguk.Setelah urusan ‘paspor’ selesai, keduanya pun segera berjalan beriringan menyusuri jalanan beraspal kawasan hutan lindung Wasur.

Katu berjalan dengan girang karena pamannya yang lama ditunggu-tunggu akhirnya datang.

Namun sesaat kemudian, Diken kembali menggendong keponakannya. Katu pun tak keberatan karena memang sudah merasa kecapaian. Bahu pamannya yang lebar dan kukuh kini beralih fungsi menjadi tempat duduk yang nyaman.