Budaya

Mengenang Gaza, Beirut, dari Suriah: Jalan Panjang Luka Rumi Sampai Khalil Gibran

Gaza yang kini prok poranda.
Gaza yang kini prok poranda.

AIN HELWA

Adakah kau simpan lenguh rinduku pada laut berkapur: Ain Helwa. Pucuk pinus hanya menyisahkan tiris embun daun. Dan raunganku terkapar pada padang-padang tandus kaktus.

Darahku menetes. Aku panggil Rumi. Ia tak datang juga. Bayangannya hanya menjelma pada tali pusar gadis Rusia. Atau, pada usungan keranda lelaki Palestina bersenjata.

Scroll untuk membaca

Scroll untuk membaca

Sudah lama tanah ini menjadi batu. Jauh sebelum Musa terusir dari tanah perjanjian. Dan jauh sebelum Tuhan menampakan diri pada bukit Tursina.

Di sebuah plaza aku hanya temukan Gibran yang menggigil kedinginan. Dia hanya bisa menyeru, tapi Tuhan lari entah kemana. Wajahnya pasi seperti ragi. Rindunya pada masa kanak tersangkut pada butik Kosmo Amerika. Sedangkan mimpinya terbang sendirian. Tanpa busur. Tanpa anak panah.

Inilah tanah impian. Seratus nabi dan ribuan pengungsi telah lahir di sini.

Ain Helwa engkaulah nisan dalam hidupku.

Gaza-Beirut 2003

Berita Terkait

Image

Gaza Terkini: Pengungsi Kelaparan, 4000 Warga Prancis Perang Ikut Israel, Houti Ancam Terusan Suez