Sejarah

Ketika Pejabat Tinggi VOC di Batavia Dicekik dan Dibakar Akibat LGBT


Schouten Dijebak

Penyimpangan seksual Schouten semakin menjadi-jadi sekembalinya dari pelayaran bersama Abel Tasman. Seperti ditulis Heeck, Schouten merayu lelaki ganteng yang diinginkan untuk memenuhi hasrat sekstualnya.

Ia berhasil merayu beberapa, tapi tak sadar saat dijebak seorang pria Prancis pada Juni 1644. Ia ditangkap, dijebloskan ke penjara, dan diinterogasi. Schouten mengakui kejahatannya.

Scroll untuk membaca

Scroll untuk membaca

Sejarawan Peter Boomgaard mengatakan ada ketakutan akan murka Tuhan jika yang memerintah di Batavia saat itu tidak mengambil tindakan drastis, yaitu menghukum pelaku sodomi. Masyarakat Belanda saat itu, di satu sisi, sangat relijius dan tidak mentolerir penyimpangan seksual dan pelacuran.

Namun, menurut Boomgaard, VOC justru menggoda murka Tuhan. Mereka yang bertugas di militer menghabiskan bertahun-tahun di lingkungan yang didominasi laki-laki. Kebanyakan di atas kapal, di pos-pos perdagangan yang terlarang bagi perempuan Eropa.

Tidak aneh jika Schouten dengan sukarela mengakui perbuatannya. Dalam catatan pelayaran yang dibuat, dan dibaca banyak pejabat VOC, Schouten menulis; "Para pedeta mereka, juga banyak kaum bangsawan, sangat menyukai sodomi, nafsu yang tidak wajar, tidak dianggap dosa, atau hal yang memalukan di antara mereka."

Schouten juga mengatakan selalu menjadi mitra pasif saat bersenggama dengan sesama jenis. Sejak melaut kembali ke negara induk tahun 1637, Schouten mengaku telah melakukan hubungan sesama jenis dengan 19 pria berbeda. Tiga di antaranya adalah pelaut, tentara, dan seorang burgher -- atau orang bebas dalam strata sosial Batavia. Ketiganya hidup dalam kesedihan.