Ketika Kolonial Belanda dan Dandels Membangun Nota Bandung, Bukan Pajajaran

Sejarah  
Jalur kereta api Cikuda, Rancaekek-Tanjungsari tahun 1937 ketika masih beroperasi. Jalur transportasi dibuat kolonial Hindia Belanda untuk memudahkan transfer sumber daya alam setelah masa panen untuk diekspor ke negara yang dituju pemerintah Belanda. (foto oleh Wijnand Kerkhoff).
Jalur kereta api Cikuda, Rancaekek-Tanjungsari tahun 1937 ketika masih beroperasi. Jalur transportasi dibuat kolonial Hindia Belanda untuk memudahkan transfer sumber daya alam setelah masa panen untuk diekspor ke negara yang dituju pemerintah Belanda. (foto oleh Wijnand Kerkhoff).

Oleh Teguh Setiawan, Jurnalis Republika

Tahun 1933, pemukim Belanda di Bandoeng dikejutkan munculnya artikel panjang di majalah Tropisch Nederland Edisi 23 tanggal 6 Maret, yang mengulas tentang kota mereka. Artikel itu, ditulis SA Reitsma, tidak hanya memuji Bandoeng sebagai kota paling layak mukim tapi juga mengupas sejarah yang tak banyak diketahui.

Situs javapost.nl 26 Oktober 2011 menurunkan lagi tulisan menarik itu dan masih menarik perhatian banyak orang. Terutama orang-orang Belanda yang mewariskan cerita tentang Bandoeng dari nenek moyangnya.

Scroll untuk membaca

Scroll untuk membaca

Reitsma tidak sekedar memuji Bandoeng sebagai kota yang menempati posisi luar biasa di Hindia-Belanda. Bandoeng, menurutnya, muncul sebagai kota ketika pedagang-pedagang Belanda lebih suka menetap di permukimanan permanen di wilayah pesisir dan tidak berpikir tinggal di pedalaman dengan sarana transportasi dan infrastruktur serba terbatas.

Ketika Reitsma menulis artikel itu, Bandoeng relatif masih sangat muda, alias baru berusia seratus tahun. Sebab, Bandoeng saat itu -- dan yang kita kenal saat ini -- bukan kota peninggalan era Kerajaan Pajajaran tapi sebuah kota kolonial.

Pada 25 Mei 1810 Gubernur Jenderal Herman William Daendels memindahkan desa induk Bandung ke lokasi saat ini, yaitu pertemuan Grote Postweg dan Sungai Cikapundung.

JA van der Chijs, dalam Nederlandsch-Indie Plakaatboek, mencatat Landdrost dari Jacatrasche Preanger Bovenlanden menyatakan telah mendengar bahwa desa utama di Bandoeng dan Praccamoentjang (Parakanmuncang - red) terletak jauh dari jalan baru, sehingga mempengaruhi pekerjaan Jalan Raya Pos yang mulai dibangun pertengahan 1808.

Ada usulan memindahkan permukiman utama itu dari Bandoeng ke Cikapundung dan dari Praccamoentjang ke Andawadak, yang terletak di sisi Jl Raya Pos dan sangat sesuai untuk keperluan. Relokasi juga akan mempromosikan budaya berbeda karena kesesuaian tanah di lokasi.

Sesuai rekomendasi, masih menurut Plakaaatboek, diputuskan untuk memindahkan desa-desa utama di Bandoeng ke Cikapundung dan dari Parakanmuncang ke Andawadak.

Ikuti Ulasan-Ulasan Menarik Lainnya dari Penulis Klik di Sini
Image

Kontak Info

Jl. Warung Buncit Raya No 37 Jakarta Selatan 12510 ext

Phone: 021 780 3747

[email protected] (Marketing)

× Image