Jejak Budaya dan Perjuangan Pangeran Diponegoro di Perbukitan di Jawa Tengah Selatan

Budaya  
Pangeran Diponegoro (naik kuda putih dan berserban) bersama pasukannya di tepian kali Progo sewaktu Perang Jawa.
Pangeran Diponegoro (naik kuda putih dan berserban) bersama pasukannya di tepian kali Progo sewaktu Perang Jawa.

Diponegoro memilih bergerilya dengan lari dari kejaran tentara Belanda dengan melintas Jawa Tengah bagiab barat. Pasukannya terus bergerak dari wilayah pesisir sampai hutan yang berada di atas bukit.

Diponegoro dan para penasihat perangnya sadar bila terus nekad berkelindan di Lembah Lukulo yang datar, maka pasukannya akan terus dijepit dengan taktik Benteng Stelsel. Apalagi di masa peran Jawa itu benteng terus berdiri di mana-mana untuk menjepitnya di sekujur wilayah pesisir selatan Jawa. Benteng Vander Wijk yang ada di Gombong menjadi benteng induknya.

Benteng yang tersebar itu adalah benteng pasukan yang terbuat dari batang kayu kelapa yang ditumpuk sehingga mudah dipasang, dibongkar, serta gampang di bawa ke mana-mana. Apalagi wilayah perang itu banyak sekali tersedia pohon kelapa.

Scroll untuk membaca

Scroll untuk membaca

Di kemudian hari seusai perang, di daerah ini tersebar anak keturunan para pengikut Diponegoro. Nun, beberapa kilometer di pinggir pantai selatan Kebumen misalnya warga lokal sudah dari dahulu menyebut adanya jalan Diponegoro.

Ruas jalan ini mengarah dari arah barat (Kebumen) menuju timur yakni ke arah area Bandara Yogyakarta Baru, di Kulon Progo. Lokasi ini bila terus ke timur jelas arahnya menuju rumah kediaman Pangeran Diponegoro di Tegalrejo, Yogyakarta.

Kontak Info

Jl. Warung Buncit Raya No 37 Jakarta Selatan 12510 ext

Phone: 021 780 3747

[email protected] (Marketing)

× Image