Sejarah

Akhir Sunan Amangkurat I: Kelaparan Melanda, Koleksi Wanita, Hingga Hidup Mewah

Raja Mataram, Sunan Amangkurat I. (ilustrasi).
Raja Mataram, Sunan Amangkurat I. (ilustrasi).

Wilayah Mataram pada masa akhir Amangkurat I (1674-1675) dilanda bencana kelaparan yang akut. Harga-harga kebutuhan bahan pokok naik drastis. Kala itu pada awal tahun, yakni 15 Maret 1973, diberitakan beras susah dapat di pasaran. Harganya sudan mencapai 25 rial sekoyan. Kyai Nacarita dari Semarang malah mengatakan harga beras malah sudah naik lagi menjadi 30 rial sekoyan.

Saat itu kebanyakan orang hidup dari akar-akar pohon, ubi, dan sebagainya. Celakanya lagi meski tanaman padi saat itu tumbuh subur, tetapi ketika panen tiba hasilnya tak memenuhi harapan. Maka pada bulan November 1675 wabah kelaparan di Jawa muncul kembali kelaparan. Kini harga beras menjadi 45, 50, hingga 55 ringgit sekoyan.

Kelaparan Jawa Tengah sanpai 1674-1676 sangat parah. Kesengaraan semakin bertambah dengan meletusnya Gunung Merapi pada tahun 1672. Serat Kanda menggambar keadaan itu sebagai berikut:

Scroll untuk membaca

Scroll untuk membaca

‘’Gempa dahsyrt, banyak gunung tinggi Meletus sehingga banyak desa..disekelilingnya tertutup tanah dan batu-batu besar dari gunung. Sumber air dari Gunung Merapi meluap dan mengalir deras menggenangi tanah. Terjadi gerhana Matahari sampai segala-galanya tak tampak.. Turunlah hujan abu dan berbagai penyakit melanda seluruh Mataram. Ini mengakibatkan kematian manusia dan kebinasaan kerbau serta sapi dalam jumlah yang tak terhingga. Penduduk menganggap tengah terjadi perubahan zaman.