Mengapa Dalam Kampanye Pilpres Meluas Kata Endas, Goblog, dan Tolol Padahal itu Makian?
Kampanye Pemilu 2024 mendekati masa puncak. Meski menyedihkan kini berhamburan kata ‘endasmu’, ‘Goblok’ dan ‘tolol’. Padahal kata ini jelas termasuk kata dalam penelitian Fakultas Ilmu Budaya UI pada tahun 2010 ada dalam daftar 125 kata makian yang popular diucapkan baik lelaki dan perempuan.
Kenyataan ini jelas tidak baik. Apalagi bila sampai dikatan para elit yang kini secara terbuka berbicara kalimat goblog, tolol, endasmu, di depan umum. Di depan masa pendukungnya dalam kampanye.
Para leluhur di Nusantara dari dahulu kala punya kearifan melarang orang mengeluarkan dari mulutnya memaki.Melarang keras omongan goblog, tolol, apalagi endasmu. Bahkan sangat pamali bila dikatakan kepada orang tua atau mereka yang lebih senior.
Baca juga: Inilah Kisah Tentang Gemuruh Pilpres di Filipina: Dari Petinju Hingga Anak Presiden?
Para tetua Jawa misalnya menasihati kalau tidak bisa bicara baik, lebih baik diam. Sebab ‘Cangkem itu sejatine dicancang ben mingkem’ (mulut itu harus dikendalikan biar tertutup untuk bicara buruk’. Ada juga nasihat luhur lainnya: Ajining diri gumanthung seko lathi (Harga diri seseorang dilihat dari mulutnya, cara bicara atau omongannya).
Belum lagi nasihat dari para sufi dalam ajaran Islam. Kata mereka apa yang ada dalam hati dan pikiran itu bisa ditengarai dari apa yang keluar dari mulutnya. Sebab, ibarat teko maka air yang ke luar dari wadahnya itu adalah menjelakan isi di dalamnya.
Kalau teko mengeluarkan ‘khamr’ maka yang ke luar dari dalam reko itu ‘khamr’. Apa yang ada di dalam minuman itu air manis, yang menyegarkan maka yang ke luar dari dalam teko juga air manis yang menyegarkan.
Juga apa yang ke luar dari teko adalah air minum teh, maka yang ada di dalam teko adalah teh. Ibaratnya pun antara mulut dan isi hati dan pikiran adalah ‘bejana berhubungan’.