Budaya

Hayo Siapa yang Tertarik Dongengan Lakon Wayang Petruk Jadi Raja?

Penggambaran lakon Petruk Dadi Ratu (Petruk Jadi Raja),
Penggambaran lakon Petruk Dadi Ratu (Petruk Jadi Raja),

Orang Jawa itu kreatif dalam menciptakan simbol. Ini misalnya ketika para Wali Sanga berdakwah mereka memunculkan simbol komunikasi melalui tokoh wayang yang ada dalam cerita Mahabarata dan Ramayana.

Bahkan, lakon dan simbol para tokoh di dalam cerita klasik asal India itu dijungkir balikan. Demi dakawah, tanpa harus menggurui apalagi mengutuk para waki melakukan perubahan kepercayaan dan kehidupan sosial yang dahysat. Wayang purwa di Jawa diam-diam di-Islam-kan.

Hal itulah yang membuat kisah Mahabarata dan Ramayan di masyarakat Jawa berbeda dengan yang di India. Bahkan dengan wayang Bali pun berbeda banyak. Apalagi melalui Sunan Bonang kemudian titi laras lagu Jawa pun diubah. Bentuknya berbeda dengan penyebutan ‘tembang alit dan ageng’. Nama dan tema lagu Jawa pun diubah menjadi mengikuti siklus kehidupan manusia, dari Mijil (lahir) hingga Megatruh (meninggal dunia).

Scroll untuk membaca

Scroll untuk membaca

Khusus untuk perbedaan yang paling mencolok antara wayang di Jawa dengan wayang di daerah lain adalah adanya sosok Punakawan (para pemomong bangsawan/satria ) yang terdiri gari Semar, Gareng, Petruk dan Bagong. Ini pun terpangaruh pada sosok bahasa Arab, Semar itu samar yang tak terlalu awas, selalu terlihat menangis, tidak laki-laki atau perempuan, dan berperawakan subur.