Monyet dan Kera: Dari Hanuman, Sung Gokong, Gorila, Lutung Kasarung, Hingga Darwin!
Oleh: Jaya Suprana, Budayawan dan Aktivis Kemanusiaan.
JIKA dahulu John Steinbeck menulis “Tentang Tikus dan Manusia”, maka sekarang saya menulis “Tentang Kera dan Monyet” . Semula saya anggap monyet dan kera sama saja, sesuai peribahasa “kera menjadi monyet” yang berarti sama saja alias tidak berubah.
Ternyata saya keliru. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, kera adalah suku paling sempurna dari kelas binatang menyusui, bentuk tubuhnya mirip manusia, berbulu pada seluruh tubuhnya, memiliki otak yang relatif lebih besar dan lebih cerdas daripada hewan lain, termasuk hewan pemakan buah, biji-bijian, dan sebagainya.
Sementara monyet menurut KBBI adalah kera yang bulunya berwarna keabu-abuan dan berekor panjang, kulit mukanya tidak berbulu, begitu juga telapak tangan dan telapak kakinya. Berarti dapat disimpulkan bahwa monyet adalah kera, namun kera belum tentu monyet.
Kera cukup banyak ditemukan di Amerika Tengah dan Amerika Selatan, tetapi setahu saya tidak hadir di Amerika Utara apalagi di Alaska dan Kutub Utara. Anggapan kera hanya hidup di kawasan tropis pada hakikatnya keliru karena di Jepang terbukti ada jenis kera yang disebut sebagai kera salju yang memang hidup di kawasan bersalju.