Merenungi Kegagalan Pembangunan Papua: Beda Bangsa Beda Tingkat Budaya?
Oleh: Alex Runggeary, penulis dan peneliti sosial politik
Pagi itu masih terasa basah oleh hujan disertai angin semalam. Tapi jadwal kegiatan hari ini yang padat tak bisa menunggu. Kini kami duduk dalam bis, tentu setelah sarapan pagi yang rada aneh karena tak ada nasi goreng.
Bis itu merangkak keluar gerbang Istana bekas seorang Raja Jerman pada masanya yang oleh alih warisnya diibahkan kepada Pemerintah Jerman. Dan hari ini kami keluar dari Istana besar, yang memiliki banyak ruangan. Masing-masing lengkap dengan kamar mandi dan toilet. Halamannya begitu luas, seluas lapangan sepak bola. Rerumputannya sebagian besar dibiarkan tumbuh liar. Tempat bermain kelinci liar
Anggota rombongan kami datang dari berbagai negara berkembang di dunia. Dari Amerika Latin, Afrika dan Asia. Kami diundang atas biaya Pemerintah Jerman, cq. Deuthche Stiftung fur Internationale Entwicklung (DSE), untuk mengikuti salah satu kursusnya yang terkenal hampir di seluruh negara berkembang di dunia, ZOPP - Ziel Orientierte Projekt Plannung. ZOPP biasa digunakan GTZ, badan kerjasama Pembangunan Jerman pada proyek- proyeknya di seluruh dunia. Kursus ini berlangsung hampir dua bulan. Termasuk beberapa minggu tur keliling Jerman. [1991]