Perang Umat Islam Selama Ramadhan: dari Badr Hingga Pertempuran Hamas-Israel di Gaza
Umat Islam di dalam masa Ramadhan memang dilarang melakukan berbagai tindakan yang menyakiti pihak lain. Bahkan Rasullah SAW mengatakan perang yang terbesar adalah perang melawan diri sendiri. Ini dinyatakan beliau usai melakukan perang Badr melawan kaum Qurays di perbatasan Madinah Makkah pada tahun 624 M.
Ajaran Islam sebenarnya melarang perang keculai untuk mempertahankan diri. Dan perang Badr yang dilakukan Rasullah adalah dalam rangka mempertahankan diri dan eksistensi ajaran Islam. Bila kalah perang kala itu ajaran Islam akan hilang.
Baca juga: Dari Mana Asal Tentara Bayaran Dalam Kekhalifahan Islam?
Perang Badr ini dilakukan tidak seimbang karena kala itu tentara Islam hanya sekitar 300 orang dan minim persenjataan. Sedangkan tentara Qurays jumlahnya ribuan atau 3-4 kali lipatnya. Mereka pun bersenjata lengkap dan didukung perbekalan yang berlimpah. Tapi ternyata yang kuat dan berlimpah, yakni tentara Qurays berhasil dikalahkan. Mereka melarikan diri kembali ke Makkah.
Namun, kerugian di pihak tentara Islam kala itu juga cukup besar. Paman Nabi Muhammad, Hamzah bin Abi Thalib menjadi syahid dalam perang di tangan tentara Qurays bernamma Wahsyi.
Namun, kala itu kematian Hamzah diketahui Hindun bin Utbah yang juga ikut dalam perang Badr. Dia sangat girang karena merasas hutang nyawa atas kematian suaminya, Utbah bin Rabiah, terbayangkan. Maka dia kemudian menunaikan sumpah pembalasannya dahulu ketika menemukan ayahnya dibunuh oleh Hamzah dalam sebuah percekcokan.
Ketika menemukan jenazah Hamzah, Hindun kemudian memberlakukan tindakan biadab, Dia kemudian merobek perrut Hamzah. Hatinya di makan.
Itulah tragedi perang Badr yang terjadi pada bulan Ramadhan.