Sejarah

Menyusuri Warisan Muslim di Musik (Bag 2: tamat)

Pertnjukan Musik pada ma kekhalifahan Islam. (ilustrasi).
Pertnjukan Musik pada ma kekhalifahan Islam. (ilustrasi).

Nama teoritis besar yang paling awal harus dicatat adalah Ibnu Misjah (704-714 M). Dia memasukan sebuah aliran musik yang diberi nama 'iqa' (rythym, bhs Inggris). Selain itu dia berjasa besar untuk menyambung kembali peninggalan teori musik peninggalan Yunani, seperti teori skala peninggalan Phytagoras. Teori ini oleh Misjah kemudian disunting dengan elemen-elemen musik Persia dan Byzantium.

Namun setelah ‘dibangkitkan’, teori Phytagoras it terus mengalami perbaikan. Pembaharuan awal dilakuan oleh Al-Mausili (meninggal tahun 850 M). Teori dia terus bertahan sampai meninggalnya seniman termashur yang lain, yakni Al- Isfahani, pada tahun 957 M.

Baca juga: Musik dan Islam: Dari di Benci Socrates Hingga Dikembangkan Cendikiawan Muslim (bag 1)

Scroll untuk membaca

Scroll untuk membaca

Setelah itu timbul skala musik baru, yakni teori Zalzalian dan Khurasian. Teori baru ini sangatlah membantu untuk mengenali kembali sistem lama dari teori musik peninggalan Yunani, seperti teori dari Aristoteles, Ptolemus, Aristemus, Euclid, serta Nimomachus.

Jejak teori itu kemudian berbekas pada karya musik Al-Kindi (tahun 874 M), Al Isfahani dan Ikhwan Al-Safa (tahun 1000 M). Imbasnya, setelah paruh abad ke-10 M itulah sistem musik Arab, Persia, dan Byzantium menjadi berbeda. Untuk selanjutnya, yakni mulai ada ke-11, ide-ide musik dari Khurasnian tercampur menjadi satu.