Tradisi Ramadhan di Masa Ottoman: Sultan Pantau Langsung Harga Bahan Pangan (Bag 2)
Dengan suasana spiritualnya yang unik, Ramadhan selalu menjadi momen paling penting bagi umat Islam sejak awal Islam hingga zaman modern.
Setiap Ramadhan, masyarakat, terutama anggota keluarga tertua, menceritakan kisah masa kecilnya dengan penuh nostalgia Ramadhan di masa mudanya. Saya dan setiap Muslim dapat mengingat suasana Ramadhan yang berbeda. Jadi dari mana datangnya nostalgia Ramadhan ini?
Mari kita melakukan perjalanan kembali ke Kekaisaran Ottoman dan melihat apa yang tersisa.
Berabad-abad yang lalu orang menggunakan metode tradisional untuk menentukan awal bulan suci dengan melihat bulan baru karena belum ada teknologi yang cukup maju untuk membuat prediksi yang dapat diandalkan.
Ottoman juga mengikuti metode ini untuk menentukan awal Ramadhan. Mereka akan mempekerjakan orang-orang yang memiliki pandangan tajam dari berbagai penjuru kekaisaran untuk mencari tanda yang jelas bahwa hilal (bulan sabit) telah hadir, yang menandakan dimulainya bulan baru menurut kalender lunar Islam.
Apabila ada seorang diantara pekerja yang melihat hilal, maka dia akan memberitahukan kepada qadi (hakim muslim) di depan pengadilan dengan dua orang saksi yang hadir sambil berkata: “Saya bersaksi bahwa saya melihat hilal pada jam ini, malam ini adalah awal bulan. Ramadhan."
Setelah informasi ini terkonfirmasi, bulan suci Ramadhan resmi dimulai. Para empu mahya (penerangan cahaya), yang menunggu di luar pelataran, diberitahu tentang awal Ramadhan sehingga mereka dapat menyiarkannya kepada masyarakat dari menara masjid. Orang pertama yang memberitahu pengadilan tentang hilal bersama dengan dua orang saksinya diberi imbalan oleh pengadilan.