Budaya

Sopir Ugal-ugalan, Maka Nekad Berkuasa di Jalan Tanpa Perlu Hirau Etika?

Keruwetan di jalanan Jakarta.
Keruwetan di jalanan Jakarta.

Oleh: Swary Utami Dewi, Penulis dan Pengamat Sosial.

Belum lama ini saya naik mobil yang saya pesan secara online. Hari itu saya kembali bertemu dengan lalu lintas yang lumayan semrawut. Beberapa kali driver disalip mendadak oleh beberapa motor. Ada pula liukan beberapa mobil yang zig-zag begitu rupa. Saya berkali-kali menarik napas. Huh .. Akhirnya kami masuk tol.

Supir yang membawa saya ini berkomentar. Inilah akibat membawa kendaraan dengan surat izin mengemudi (SIM) "nembak". Aku berkernyit dan bertanya apa maksudnya. Ia menjelaskan bahwa rata-rata orang yang asal mengemudi dan berani zig-zag kiri-kanan, tanpa memikirkan keselamatan orang lain, mendapatkan SIM dengan cara yang tidak betul.

Scroll untuk membaca

Scroll untuk membaca

Mereka mungkin bisa menyetir secara teknis. Tapi...mereka tidak paham tuntas aturan lalu lintas. Bahkan ada yang tahu, tapi tak peduli. Tidak ada etika di jalan. Kebanyakan yang begini memiliki SIM tembak, bukan karena lulus tes atau ujian -- yang betul-betul menjalani tes dengan serangkaian proses yang dijalani dengan baik dan benar. Demikian dia menjelaskan.

Etika mengemudi? Etika? Saya bertanya kepada driver itu. Ya, etika, Bu.

Apa itu, Pak?

Itu lho, Ibu. Mana yang pantas, mana yang tidak. Dia zig- zag, salip salip. Tidak peduli dia apakah pengemudi lain panik atau terkejut. Tidak peduli dia keselamatan orang lain. Yah.. jika begini, cara dapat SIM-nya diragukan.

Saya nyengir. Dalam hati saya setuju. Terus-terang terkadang saya lumayan terganggu dengan cara beberapa supir yang ugal-ugalan.

Ikuti Ulasan-Ulasan Menarik Lainnya dari Penulis Klik di Sini
Image