Budaya

Menang Kalah Pemilu: Ojo Dumeh...!

Keraton Yogyakarta di masa lalu.
Keraton Yogyakarta di masa lalu.

Oleh: Jaya Suprana, Budayawan dan Aktivis Kemanusiaan.

SEBAGAI warga Indonesia yang tumbuh-kembang di lingkungan kebudayaan Jawa, wajar saya berupaya menghayati inti sukma kearifan Jawa. Satu di antara sekian banyak kearifan Jawa yang senantiasa menggetar sukma di lubuk sanubari saya adalah "ojo dumeh".

Namun di sisi lain, sukma makna "ojo dumeh" pada hakikatnya terlalu kompleks- matra sehingga sulit demi menghindari kata mustahil dialihbahasakan ke bahasa manapun di marcapada termasuk Latin, Yunani, Sansekerta dan Inggris secara paripurna apalagi sempurna.

Scroll untuk membaca

Scroll untuk membaca

Pada permukaan kulit, ojo dumeh siap dimaknakan sebagai jangan takabur, jangan sombong, jangan pongah, jangan lupa daratan, jangan kacang lupa kulit, jangan arogan, jangan tinggi hati, serta jangan-jangan sejenis lainnya.

Namun segenap jangan itu dilebur menjadi satu kesatuan kearifan juga masih belum setara komprehensif dengan makna yang tergabung secara vertikal, horisontal, diagonal, sentrifugal, hiperbolikal, intrastuktural maupun lintas-dimensional yang melekat pada kearifan ojo dumeh.

Ikuti Ulasan-Ulasan Menarik Lainnya dari Penulis Klik di Sini
Image