Puisi dari Lebanon dan Balkan: Elija, Ein Helwa, Nyanyian Kekasih di Khalil Gibran Street

Sastra  

Nyanyian Kekasih di Khalil Gibran Street

Pada deretan plaza aku temukan sosok bayanganmu yang

membatu. Hidup menjadi anteian keluhan. Ada yang

Scroll untuk membaca

Scroll untuk membaca

menjelma kecap, ketimun, selada, daging babi panggang,

kaleng bir, cendawan hutan, atau sekawanan binatang

ternak.

Kekasih, aku potong kepalaku sendiri ketika hujan pagi

ini menggenangi got-got dan pelimbahan komplek taman.

Sebelum itu aku telah pakukan namamu pada bangku taman

dan tiang ayunan. Angin hanya beku memandangku ketika

mata gergaji mulai menetaki ruas batang leher. Tak ada

darah. Tak ada air mata. Tak ada lenguhan. Semua diam

membisu.

Percuma bila Tuhan kau keluhkan. Nasib menuai mati di

tanganku. Tak perlu lagi doa yang kau ulurkan karena

itu telah berubah menjadi sulur akar pohon yang akan

merambati batu nisanku.

Kekasih, alangkah indahnya bila hidup sudah seperti

mati!

Ikuti Ulasan-Ulasan Menarik Lainnya dari Penulis Klik di Sini
Image

Kontak Info

Jl. Warung Buncit Raya No 37 Jakarta Selatan 12510 ext

Phone: 021 780 3747

[email protected] (Marketing)

× Image