Puisi dari Lebanon dan Balkan: Elija, Ein Helwa, Nyanyian Kekasih di Khalil Gibran Street
SastraNyanyian Kekasih di Khalil Gibran Street
Pada deretan plaza aku temukan sosok bayanganmu yang
membatu. Hidup menjadi anteian keluhan. Ada yang
menjelma kecap, ketimun, selada, daging babi panggang,
kaleng bir, cendawan hutan, atau sekawanan binatang
ternak.
Kekasih, aku potong kepalaku sendiri ketika hujan pagi
ini menggenangi got-got dan pelimbahan komplek taman.
Sebelum itu aku telah pakukan namamu pada bangku taman
dan tiang ayunan. Angin hanya beku memandangku ketika
mata gergaji mulai menetaki ruas batang leher. Tak ada
darah. Tak ada air mata. Tak ada lenguhan. Semua diam
membisu.
Percuma bila Tuhan kau keluhkan. Nasib menuai mati di
tanganku. Tak perlu lagi doa yang kau ulurkan karena
itu telah berubah menjadi sulur akar pohon yang akan
merambati batu nisanku.
Kekasih, alangkah indahnya bila hidup sudah seperti
mati!