Politik

Qiraah Tenor Faisal Basri


Tak lama kemudian ia keluar dari PAN. Saya menerima keputusan ini dengan sepenuh maklum. Ia pasti lebih produktif sebagai pengamat ekonomi yang tekun dan tajam, seperti cirinya yang semakin kita kenal. Tapi ia, karena desakan banyak sahabatnya, sempat tergoda lagi dan mencoba bertarung di pilkada Jakarta.

Pengalaman ini tampaknya semakin mengukuhkan keyakinannya bahwa politik, setidaknya bagi seorang yang mudah menangis seperti dia, memang bukan arena yang tepat untuk mengaktualkan bakat terbesarnya.

Tempat terbaik baginya adalah lapangan riset dan advokasi ekonomi. Dan di sektor ini ia menanamkan tonggak kuat di banyak lembaga penelitian — LPPM UI, Indef, ICW dll.

Scroll untuk membaca

Scroll untuk membaca

Ia bukan hanya menjadi suara ide ekonomi yang tajam, tapi juga sebuah suara moral tentang keadilan sosial; suatu suara moral yang terutama bukan ia landaskan pada kitab etika umum, tapi pada rasionalitas, pada pengetahuan dan pemahamannya yang kuat tentang cara terbaik bagi suatu negara dalam mengelola ekonomi nasional yang adil.

Beberapa tahun terakhir vokalnya terdengar semakin parau, dan kritik-kritiknya semakin gamblang. Ia mengungkapkan ketaksabarannya yang kian tak tertahankan. Ia meneriakkan ketidakmengertiannya dengan emosional, kenapa ekonomi nasional dikelola dengan cara-cara yang baginya sangat merugikan Indonesia secara tak masuk akal.

Ikuti Ulasan-Ulasan Menarik Lainnya dari Penulis Klik di Sini
Image