Kisah Babe Ridwan Saidi Soal Hubungan Barus dengan Kebutuhan Balsem Para Fir'aun

Sejarah  
Situs bongal tempat ditemukannya uang emas dan perak dari masa kekhalifan Islam di abad VII M. (foto: Balai Arkeologi Sumatra Utara)
Situs bongal tempat ditemukannya uang emas dan perak dari masa kekhalifan Islam di abad VII M. (foto: Balai Arkeologi Sumatra Utara)

Masuknya Islam di Indonesia dalam sejarah resmi Indonesia yang masih mengambil versi dari penulisan sejarah Belanda disebut dari Gujarat di India. Teori ini sudah dibantah sejak era 1970-an dalam seminar masuknya Islam di Indonesia yang digagas Buya Hamka. Hamka kala itu sudah menegaskan Islam datang ke Indonesia langsung dari Arabia, bukan mampir dulu ke India (teori Gujarat) atau dari China ( teori China). Untuk yang teori dari China baru digagas pada dekade awal 1900 oleh seorang pejabat Belanda di Sumatra yang kala itu terindikasi sebagai aparat intelejen kolonial.

Soal posisi Barus yang sangat penting kembali di bahas Sejarawan, Polisi Senior, dan Budayawan Betawi, Ridwan Saidi (Babe Ridwan). Dalam tulisan kali ini mantan dosen UI dan mantan anggota DPR dari PPP zaman Orde Baru mengisahkan arti penting wilayah Barus. Babe juga menyebut mengenai makna kata barus yang sebenarnya merupakan nama pohon bergetah yang dahulu dipakai sebagai balsem yang melumuri jenazah para Fir'aun meskir kuno, seperti Ramses II. Dia mengisahkan begini:

----------------

Scroll untuk membaca

Scroll untuk membaca

Pohon Barus yang getahnya dibuat balsem bagi jenazah para Fir'aun di Mesir Kuno.
Pohon Barus yang getahnya dibuat balsem bagi jenazah para Fir'aun di Mesir Kuno.

Sejak ribuan tahun lalu, bangsa Mesir ke Barus pada era Rameses II 1279-1213 Sebelum Masehi (SM). Bangsa-bangsa Timur Tengah ke Barus sampai dengan abad VII Masehi. Nama lain getah barus adalah kafur, kamfer, dan fansur. Barus kini menjadi sebutab bagi sebuah kecamatan di Tapanuli Tengah.

Di Barus ada makam kramat Syekh Mahmud Papan Tinggi yang diduga wafat pada abad I H. Ini memperkuat argumentasi bahwa Islam masuk Andunisi pada VII M, Selain itu di makam Mahligai Barus juga terdapat makam Syekh Rukunuddin yang juga wafat pada abad I H.

Dalam kitab Geographia yang ditulis Claudeus Ptelomeus tahun 161 M terdapat lampiran peta yang tertera Barus dengan ejaan Burusai.

Ptelomeus itu orang Venesia. Ia mukim di Iskandaria, Mesir. Ia suka beromong dengan pelayar dari mana-mana termasuk Andunisi (Indonesia)

Barus juga harus disebut sebagai komoditas dagang Andunisi yang pertama dikenal dunia. Masalahnya, sistem pembayarannya bagamana? Karena alat tukar baru muncul pertama di Venesia, Itali, berupa uang logam pada III SM. Berarti perdagangan kala itu dilakukan dengan barter.

Barus berfugsi niaga sampai dengan VII M. Perjalanan keIslaman via Barus ada yang tetap gunakan jalur Andaman Nicobar Chistmas Island Barus. Di samping dibukanya jalur navigasi baru Teluk Benggala-Selat Malaka-Samudra Pasai. Yang gunakan jalur ini datang dari Amrat Oman dan Iraq membawa missi dagang dan keislaman. Mereka juga membawa alat tukar uang mas dan perak (dinar dan dirham).

Alat tukar dinar dan dirham itu sekarang sudah ditemukan dalam sebuah penggalian yang dipimpin oleh pakar sejarah Universitas Sumatra Utara. Beberapa koin uang yang berasal dari abad VII M itu saya lihat sendiri dan menjadi koleksi museum budaya Indonesia milik Fadli Zon.

Uang emas (dinar) masa Kekahlifahan Islam pada Abad ke VII M yang ditemukan di situs Bongal di Barus.
Uang emas (dinar) masa Kekahlifahan Islam pada Abad ke VII M yang ditemukan di situs Bongal di Barus.
Ikuti Ulasan-Ulasan Menarik Lainnya dari Penulis Klik di Sini
Image

Kontak Info

Jl. Warung Buncit Raya No 37 Jakarta Selatan 12510 ext

Phone: 021 780 3747

[email protected] (Marketing)

× Image