Agama

BIRRUL WALIDAIN: Bercermin Pada Siafuddin Ibrahim Alias Pendeta Abraham Ben Moses

Sifuddin Ibrahim (Kiri) dan Saddam Husein.
Sifuddin Ibrahim (Kiri) dan Saddam Husein.

OLEH: Akmal Nasery Basral, Sosiolog, Penulis

MELAKUKAN birrul walidain (berbakti kepada orang tua) tak selalu mudah, kadang temukan jalan terjal licin. Sebab, mereka punya perangai dan temperamen layaknya manusia lain. Ada yang sesabar malaikat, ngemong, pendengar yang baik, penyemangat yang rajin, dan pemaaf atas kelakuan anak yang tergelincir akibat pengaruh adrenalin. Ini orang tua tipe pertama yang diinginkan semua anak di dunia.

Ada juga orang tua tipe kedua. Mereka cerewet luar biasa, pemarah, egois, atau pemicu gaduh akibat sering ungkap rahasia keluarga kepada siapa pun yang bisa diajak curhat. Dari tukang sayur sampai kawan mereka sesama peserta senam jantung sehat.

Scroll untuk membaca

Scroll untuk membaca

Jika Anda punya orang tua tipe kedua yang membuat kepala selalu cenut-cenut dahsyat dan membuat Anda merasa jadi anak termalang di seantero dunia, sabar dulu Saudara. Bisa jadi pengalaman Anda belum seujung kuku yang dialami tiga bersaudara Morteza, Saddam dan Khadafi dengan ayah mereka Abraham Ben Moses. Bukan, ini bukan kisah folklore Timur Tengah atau hikayat bangsa Semit. Kisah ini terjadi di Indonesia dengan alur lumayan rumit.

Saat Morteza, Saddam dan Khadafi masih anak-anak yang beranjak remaja. Ayah mereka masih bernama Saifuddin Ibrahim, seorang pengajar di Pondok Pesantren Al Zaytun, Indramayu. Alumnus Fakultas Ushuluddin Jurusan Perbandingan Agama, Universitas Muhammadiyah Surakarta berdarah Bima, Nusa Tenggara Barat, itu telah berkhidmat sejak 1999 sebagai ustadz. Dia punya istri bernama Nurhayati yang memberinya tiga anak lelaki: Morteza Muhammad Fikri (Saifuddin selalu memanggil anak pertamanya ini Khomeini), Saddam Husen, dan Muhammad Khadafi.

Satu hari di tahun 2006—pada usia 41 tahun--Saifuddin melepas keyakinan sebagai muslim, berpindah menjadi pemeluk Kristen. Dia bertekun mempelajari Alkitab hingga menjadi pendeta. Rumah tangganya gonjang-ganjing karena Nurhayati tak mau ikut keyakinan baru sang suami. Kondisi fisik perempuan itu ambruk. Diabetes dan kanker pankreas ikut mencambuk hingga akhir hayatnya beberapa tahun kemudian. Saifuddin, kini sudah menjadi Pendeta Abraham, menikah lagi dengan perempuan Bangka Belitung, seorang muslimah berdarah Tionghoa-Melayu yang kemudian dikristenkannya dan kini dikenal sebagai Sarah Ayu Ibrahim, yang juga sudah melahirkan tiga orang anak bagi Abraham.