Misi Widodo ke Moskow: mencari perdamaiandan mengakhiri blokade Putin terhadap gandum Ukraina

Politik  
Presiden Joko Widodo dan Presiden Vladimir Putin tengah berbincang.
Presiden Joko Widodo dan Presiden Vladimir Putin tengah berbincang.

Beginilah analisis Austria David Angel terkait kunjungan ke Ukraina dan Rusia. David menulis artikel: Widodo’s mission to Moscow: seeking peace—and an end to Putin’s blockade of Ukraine’s wheat (Misi Widodo ke Moskow: mencari perdamaian—dan mengakhiri blokade Putin terhadap gandum Ukraina. Tulisan ini terbit pada 29 Juni 2022 dalam laman yang dikelola API (Australian Strategis Policy Institute).

Begini tulisan lengkapnya:

Dengan memulai 'misi perdamaian' ke Rusia dan Ukraina setelah menghadiri KTT G7 di Jerman, Presiden Indonesia, Joko Widodo, akan mengikuti beberapa langkah dan, paling banter, tidak ada kemungkinan lebih besar untuk mengakhiri perang Vladimir Putin daripada mereka yang telah mencoba sejauh ini.

Scroll untuk membaca

Scroll untuk membaca

Penafsiran misi yang murah hati akan mendefinisikannya sebagai contoh kebijakan luar negeri Indonesia yang 'independen dan aktif'. Jakarta tidak pernah lelah mengulangi bagian 'independen' atau non-blok dari frasa ini sejak pasukan Rusia memulai amukan brutal mereka.

Dalam semangat berpihak yang menyatakan diri inilah Jakarta membingkai tanggapan formal awalnya terhadap invasi, yang dengan sengaja menghindari menyebut penyerbu dan meminta kedua belah pihak untuk mengejar 'resolusi damai melalui diplomasi', seolah-olah kedua belah pihak entah bagaimana setara niat perang. Itu juga melekat pada abstain india (seperti India, Brasil dan 55 negara lainnya) dalam pemungutan suara PBB untuk menangguhkan Rusia dari Dewan Hak Asasi Manusia, bertentangan dengan mayoritas lebih dari 90 negara anggota yang memastikan pengusiran Moskow dari badan tersebut.

Kunjungan ke dua ibu kota yang bertikai itu, bagaimanapun, dapat dilihat sebagai bagian dari doktrin yang 'aktif', seperti yang diucapkan oleh salah satu pendiri Indonesia modern, Mohammad Hatta. Wakil presiden pertama negara itu, Hatta mengatakan kebijakan luar negeri republik awal 'dibangun ... untuk tujuan memperkuat dan menegakkan perdamaian', dan untuk itu Indonesia akan 'bekerja dengan penuh semangat ... melalui upaya yang didukung jika mungkin oleh mayoritas anggota Persatuan negara-negara'.

Kontak Info

Jl. Warung Buncit Raya No 37 Jakarta Selatan 12510 ext

Phone: 021 780 3747

[email protected] (Marketing)

× Image