Abdullah Zuhdi dan Kaligrafi Masjidil Haram: Kenangan Naik Haji Ketika Berfoto di Masjidil Haram

Sejarah  

Abdullah Zuhdi dari Asitanah, Turki, adalah yang berjasa menulis kaligrafi di Masjid Nabawi dan Masjidil Haram. Pengajar khat di kampus Nur Usmaniyah ini diutus Sultan Abdul Majid ke Hijaz untuk menulisi kaligrafi di dinding Masjid Nabawi. Ketika bersafari ke Mesir, Pemerintah Mesir mengangkatnya menjadi guru khat di Madrasah Khudeiwiyah sampai wafatnya tahun 1296 H. Karena kerjanya bagus, ia ditugaskan menulis ayat-ayat Alquran dan lainnya di KA'BAH. Profesinya dilanjutkan oleh murid-murid dan generasi kaligrafer sesudahnya sampai sekarang.

Menarik sekali, kaligrafi yang terjepret di Masjid Nabawi didominasi khat Tsulus. Beberapa menggunakan Naskhi dan Kufi. Tapi yang paling menarik perhatian dan jadi sasaran tembak kamera saya adalah hadis Nabi SAW yang terletak berhadapan dengan RAUDHAH, tempat yang paling diperebutkan:

مابين بيتي ومنبري روضة من رياض الجنة

Scroll untuk membaca

Scroll untuk membaca

"Yang berada di antara rumahku dan mimbarku adalah sebuah taman dari taman-taman surga."

Di Masjidil Haram, kaligrafi gaya Tsulus bertebaran menghiasi dinding. Tapi semuanya kalah pamor oleh kaligrafi di kiswah Ka'bah. Kiswah sendiri dan jamaah yang bergemuruh thawaf mengelilingi Ka'bah jadi sasaran tembak kamera yang paling menarik. Sejak proses pembuatannya, Kiswah memang menarik: dibuat saban tahun dengan biaya sekitar 5 juta real selama 9 bulan sampai setahun penuh dengan bahan-bahan: kain sutera, benang emas, dan materi campuran lainnya, melibatkan 200 perancang dan pekerja ahli, menghabiskan 9.600 pintal benang khusus hanya untuk tulisan segi tiga:

سبحان الله وبحمده، سبحان الله العظيم، ياحنان، يامنان، ياالله.

Kiswah, yang beberapa abad lamanya dibikin atas tanggungan pemerintah Mesir (sebelum akhirnya jatuh ke tangan pemerintahan Ibnu saud), adalah kelambu Ka'bah dari sutera yang dihias pertama kali oleh bangsa Himyar 2 abad sebelum hijrah. Tepatnya yang mula-mula mengelambui Ka'bah dengan kulit yang disamak adalah Abu Karbin As'ad, Raja Himyar, tatkala baginda kembali dari berperang (220 SH) dan kebetulan lewat di depan Ka'bah.

Sejak Islam lahir sampai datang 'Fathu Makkah', Rasulullah belum sempat mengkiswahi Ka'bah karena belum ada kebebasan ibadah akibat konfrontasi dengan musyrikin Qureisy. Setelah seorang wanita membakarnya, barulah Rasulullah menggantinya dengan kain baru dari Yaman. Kecuali Abu Bakar, Umar, dan Usman, Ali tidak disebut-sebut pernah membikin kiswah, barangkali tidak sempat akibat pertentangan politik dengan Muawiyah dan fitnah di dalam negeri yang merajalela. Sebaliknya,

Muawiyah sendiri mengkiswahi Ka'bah dua kali setahun, Makmun tiga kali. Khalifah Makmunlah yang mula-mula membikin kiswah dari sutera putih bergambar. Di zaman Fatimiyah diganti lagi dengan sutera putih, kemudian kuning, kemudian hijau, kemudian HITAM, warna yang berlaku sampai sekarang.

Kontak Info

Jl. Warung Buncit Raya No 37 Jakarta Selatan 12510 ext

Phone: 021 780 3747

[email protected] (Marketing)

× Image