Sejarah Penuh Darah Permata Terkutuk Koohinoor yang Akan Dikenakan Permausuri Camila
Kabarnya, Camilla -- kini bergelar ratu permaisuri -- akan mengenakan Koohinoor pada penobatan Raja Charles III. Jika benar, dunia akan kembali melihat 'berlian maut' itu kali pertama dalam dua dekade terakhir.
Koohinoor terakhir kali muncul di depan publik ketika diletakan di atas peti mati Ibu Suri tahun 2002 dan di pemakaman. Setelah itu, Koohinor tersimpan di Menara London sebagai bagian koleksi Permata Mahkota.
Kabar Koohinoor akan dikenakan Camilla memantik perdebatan di media sosial, dan mengangkat kembali kisah permata itu serta negara-negara yang mengklaim.
"Jika raja tidak akan mengenakan Koohinoor, kembalikan," tulis seorang pengguna Twitter. Pengguna lain menulis; "Bisakah kami mendapatkan kembali Koohinoor kami."
Permata Terkutuk
Koohinoor, atau Gunung Cahaya, diperkirakan ditambang di selatan India pada abad ke-13. Awalnya, permata itu tidak dipotong, dan penganut Hindu percaya Koohinoor adalah permata Syamantaka dari kisah Bhagavad Purana tentang Dewa Krishna.
Majalah Smithsonian menulis baru itu kali pertama muncul dalam catatan tertulis tahun 1628, ketika membentuk kepala berkilau Tahta Merak Shah Jahan dari Dinasti Mughal.
Terlepas dari ukurannya yang mengesankan, Koohinoor memainkan biola kedua setelah Ruby Timur karena budaya Mughal lebih menyukai batu berwarna.
Usai satu abad di tangan Mughal, Koohinoor jatuh ke tangan Kerajaan Persia, lalu Afghanistan. Koohinoor kembali ke India tahun 1813 dibawa Maharaja Sikh Ranjit Singh.
Dalam buku Kooh-i-Noor: The History of the World's Most Infamous Diamond, sejarawan Anita Anand dan William Dalrymple mencatat akuisisi Ranjit Singh sebagai titik balik penting dalam sajarah permata itu.
"Ranjit Singh tidak hanay menyukai berlian, tapi juga menghargai nilai uang yang sangat besar dari batu itu," tulis keduanya. "Permata itu memiliki simbolisme jauh lebih besar; mewakili penaklukan Kekaisaran Sikh terhadap Dinasti Durrani dari Afghanistan."