Menelisik Kasus Dugaan Pelecehan Seksual Oleh Uskup Belo Hingga ke Leiden
Hari ini, Kamis (29/9/2022), media di Indonesia heboh atas kasus dugaan pencabulan yang dilakukan oleh Uskup Belo (Carlos Filipe Ximenes). Nama ini sangat terkenal. Apalagi di masa lalu, Belo adalah pejuang kemerdekaan Timor Leste yang tangguh. Peran dia sangat penting dalam peristiwa lepasnya Timor Timur (kini Timor Leste) dari Indonesia. Bahkan saking pentinggnya, Belo atas perannya tersebut mendapat penghargaan Nobel perdamaian.
Tentu saja Belo nama besar. Nama yang tidak bisa dianggap main-main. Maka bila itu terjadi pasti 'dunia persilatan' akan geger. Persis peristiwa perundungan seksual oleh seorang pengasuh pondok pesantren hingga kasus penistaan seorang putri pengasuh Pondok Pesantren Lirboyo oleh beberapa orang di media sosial.
Maka, meski semenjak Subuh saya sudah baca soal ini dari situs berita di Belanda, groene.nl, kami harus menahan diri untuk tidak emosi. Pertama kali berita itu kasus kiriman dari senior dan rekan di perhimpunan penulis 'Satu Pena' serta rekan berdiskusi di Wa Grup 'Demokrasi Kemanusiaan', abangda Dr Nasir Tamara.
Sikap hati-hati ini dilakukan karena ini terkait kerja-kerja jurnalistik yang sampai hari ini kami tekuni di Republika. Kasus ini sangat sensitif, pokoknya. Harus dibicarakan dan diskusikan dengan banyak teman. Kesimpulannya, kami tidak ingin memuat untuk pertama kali sebelum memastikan situsgroene.nl itu situs berita yang kredibel. Bahkan kami rela bila ada pihak atau situs berita lain memuatnya terlebih dahulu. Kami tidak ingin ikuti jargon: siapa cepat dia dapat!.'
Di tengah kebingungan mencari konfirmasi, kami teringat pada sahabat lama yang kini menjadi dosen di Univeritas Leiden, Belanda, yakni DR Suryadi. Pakar sejarah Indonesia yang 'urang awak' ini tentu tepat dijadikan sandaran bertanya mengenai kredibiltas sumber tulisan itu. Maka kami menulis pesan kepada 'uda dosen' Suryadi. Kami belum berani menelpon karena sadar saat itu di Belanda masih tengah malam. Akhirnya kami memutuskan ditunggu saja sampai sore hari.
Pas, kebetulan pada sore ini dalam perjalanan pulang naik taksi, jawaban pesan dari Leiden itu datang. Jawabnya singkat: Situs groene.nl sangat kredibel. Bahkan media in sudah ada semenjak sebelum tahun 1900. Jadi sudah seabad lebih usia media itu. Bedanya, dahulu menggunakan kertas sekarang menggunakan media web.
Mendapat jawaban itu kami pun segera telepon Dr Suryadi di Leiden. Untunglah jawaban segera didapat melalui percapakan yang intens.
''Situs itu kredibel sekali mas di Belanda. Saya pun sudah tanya dengan cara menelepon ke wartawannya. Berita media anda soal Uskup Belo ramai diperbicangkan di Indonesia,'' ujar Dr Suryadi. Menurutnya, wartawan itu juga terkejut namun dia hanya berkata menanggapinya pendek saja: "Oh ya?"
Ketika ditanya apakah soal dugaan kasus ini juga menghebohkan Belanda? Suryadi menjawab dengan berkata tidak.''Di sini beda ya. Selain biasa terjadi, masyarakat Belanda menganggap itu urusan pribadi. Mereka tak peduli. Apalagi mereka juga baca peristiwa semacam itu dengan mengkaitkan tokoh agama di Eropa biasa terjadi."
Lalu apakah di Belanda kasus pencabulan seperti itu perbuatan pidana serius? Menjawab soal ini Dr Suryadi menyatakan tak tahu persis aturan pidananya di Belanda. Namun yang jelas apa bila ada kasus seperti ini pihak gereja di Belanda segera memberhentikan orang tersebut.
''Kasus-kasus seperti ini orang Belanda sudah mahfum. Mereka tahu sekali. Namun atas kasus dugaan pelecehan oleh Uskup Belo ini, saya harus banyak mengkonfirmasi pertanyaan teman-teman dari Indonesia terkait laman groene.nl. Nanti malam malah saya diajak mendiskusikan soal ini pada sebuah tayangan situs beritadi Youtube yang dikelola Hersubeno Arif, jurnalis senior FNN itu,'' tandas Dr Suryadi.