Apa Itu Libido Sexualis (Kelamin), Libido Thronelis (Kekuasaan), dan Libido Mortails (Membunuh)

Budaya  

Kitab Pararaton di sisi lain memang mengisahkan bahwa raja raja Majapahit juga merupakan keturunan Ken Arok dan Ken Dedes. Kisah lain juga ada yang mengisahkan bahwa Ken Dedes sebenarnya adalah tunangan Arok yang kemudian direbut Ametung untuk diperistri. Jadi Arok merebut kembali "hak"nya dari pelukan Tunggul Ametung. Dalam versi ini Tunggul Ametung juga mendengar bahwa rahim Ken Dedes adalah tempat paling subur untuk persemaian benih raja raja. Tentu iapun juga ingin benih air maninyalah yang akan membuahi rahim Ken Dedes yang bertabur "cahaya" itu.

Akhirnya dengan bantuan Mahesa Wong Ateleng ia menghubungi Empu hebat yang bernama Empu Gandring untuk membuatkan senjata keris sakti sebagai sarana melancarkan keinginannya. Bahkan sebelum keris itu jadi sempurna sudah ia minta bahkan dengan cara membunuh Empu Gandring pembuatnya.

Liciknya keris itu terlebih dulu dipinjamkan kepada sosok paling pesolek dan narsis diseluruh Tumapel, Kebo Ijo. Dasar pesolek Kebo Ijo pamer ke mana-mana dengan mengatakan keris itu miliknya.

Scroll untuk membaca

Scroll untuk membaca

Pada satu malam jahanam keris itu diambil kembali oleh Ken Arok. Dengan keris itu dibunuhlah Tunggul Ametung yang sedang bersanggama dengan Ken Dedes. Kebo Ijo dihukum mati karena tersangka sebagai pembunuh raja. Ken Arok merebut tahta dan mengawini Ken Dedes yang pangkal pahanya yang ber"cahaya" sudah pernah dilihat dan kini tiba saatnya ia akan menatap dan membuahi rahim perempuan unggul yang sudah merangsang benak syahwat seksual dan syahwat kuasa Ken Arok.

Bahkan ketika itu Ken Dedes pun sebenarnya sedang hamil benih Tunggul Ametung. Kekuasaan yang direbut dengan dorongan syahwat harta, syahwat seksual dan syahwat politik kekuasaan serta fitnah yang keji. Semua bisa dimengerti walaupun semua harus direbut dengan mengalirkan darah dengan sarana yang dimiliki secara "grusa grusu" dan mental transaksional pragmatis.

Akhirnya terbukti keris Empu Gandring memakan korban dengan aliran darah dan amarah. Termasuk darah Ken Arok sendiri, keluarga dan keturunannya. Entah dimana keris Empu Gandring itu sekarang berada. Sebab terlalu miris membayangkan "keris empu gandring" yang berwatak jalan pintas, berada ditangan manusia yang terbelenggu nafsu seksual, harta, kuasa sekaligus.

Miris seandainya anak-anak bangsa ini terbunuh dan berdarah-darah dengan sia sia. Hanya untuk memuaskan dan memuluskan nafsu kuasa segelintir orang. Tapi semiris apapun, "tradisi" konflik bahkan sampai beberapa peristiwa mengalirkan darah seolah mewarnai pergantian kuasa paska Ken Arok diawali Kediri, Singasari, Majapahit, Demak, Pajang, Mataram sehingga "pisah"nya Surakarta dan Ngayogyakarta.

Kontak Info

Jl. Warung Buncit Raya No 37 Jakarta Selatan 12510 ext

Phone: 021 780 3747

[email protected] (Marketing)

× Image