Christiaan Snouck Hurgronje dan de Javu Kuah Beulangong

Budaya  

Selain kisah "tandoori", Amin juga memaparkan gastronomi Aceh juga berbasis asam dan pedas seperti di negeri Siam terutamaThailand dan Birma. Dia menyebut jenis masakan "asam keu'eng" (asam pedas) sangat mirip dengan "tom yang" di Thailand.

Mungkin ini kisah "jalan sutra" pada masa lalu yang membuat "taste" masakan Aceh jadi beragam, kenang lelaki asal Beurawe Banda Aceh tersebut.

Kembali soal "kuah beulangong", konon sebelum bencana tsunami yang "menerkam" Aceh akhir tahun 2004, masyarakat di Banda Aceh tidak begitu jamak dengan istilah "kuah beulangong". Kosakata "kuah beulangong" justru baru populer pasca-bencana tersebut.

Scroll untuk membaca

Scroll untuk membaca

Coba simak penuturan Cut Ratna, seorang cucu dari Panglima Polem, pahlawan nasional asal Aceh Besar. Menurutnya istilah "kuah beulangong" hanya acap terdengar ketika ada perjamuan perkawinan, perayaan maulid Nabi dan kenduri bulan Ramadan.

"Itu pun bukan di Banda Aceh tetapi di kawasan pedesaan. Di kampung saya di Lampaku, Indrapuri atau lingkungan keluarga Panglima Polem di Lam Sie dan Lampoh Raja menyebut kuah beulangoeng untuk masakan gulai sapi dan kambing saat ada hajatan," bebernya.

Senada dengan Cut Ratna, Zoelfikri Haroen, seorang wirausaha di Banda Aceh mengenang saat masih mahasiswa diawal 80-an, masyarakat masih menyebutnya "sie kameng" (kari kambing).

Ia menyebut tempat paling ramai "lapak" penjualan "sie kameng" ada di Jalan Chiek Ditiro, sebrang Gedung Sosial Banda Aceh. "Selain itu ada di Ulee Kareng atau d8 dekat SMPN 4 Peunanyong. Saya lebih sering mencicipi di belakang kolam renang Pante Perak atau di Jambo Tape," ujar lelaki beruban yang kerap disapa Zoel Sotek.

Lokasi-lokasi yang disebut Zoel Sotek tersebut memang legendaris sebagai "lapak" sie kameng. Namun ketika konflik Aceh "mendidih" antara 1997 sampai 2004, banyak usaha "sie kameng" tutup dengan sendirinya.

Masa keemasan "kuah beulangong" kembali riuh sesudah bencana tsunami. Saat itu Banda Aceh didatangi ratusan ribu pekerja rehab dan rekon dari luar Aceh dan luar negeri. Mereka tentu butuh makanan yang lezat dan nikmat khas Aceh.

Masa-masa itu, menurut Zoel Sotek banyak pedagang "sie kameng" yang dulunya berada di kota-kota kecamatan di Aceh Besar mulai menjajaki usahanya di kota Banda Aceh.

Kontak Info

Jl. Warung Buncit Raya No 37 Jakarta Selatan 12510 ext

Phone: 021 780 3747

[email protected] (Marketing)

× Image