Tarikat Syatariyah, Makkah, dan Air Zamzam: Semangat Jihad Pangeran Diponegoro

Sejarah  

Tak hanya itu, sosok atau profil seorang haji juga menjadi pembawa spirit Diponegoro ketika menyerukan perang Sabil melawan kolonial Belanda. Dalam ‘pertemuan rohani’ ketika menyepi di gua-gua di sekitar Yogyakarta, Diponegoro dijemput secara gaib oleh seseorang yang mengenakan pakaian haji. Peristiwa ini terjadi pada tanggal 21 Ramadhan pada tahun-tahun menjelang (16 Mei 1825) Perang Jawa berkobar. Sosok haji gaib inilah yang kemudian disebut sebagai penampakan dari Ratu Adil.

Ratu Adil yang berbentuk seorang haji membisikan kepada Diponegoro agar sebagai Muslim Jawa menjunjung kemuliaan agama Islam di Jawa dan melaksanakan tugas sebagai ratu panateg panatagama (seorang raja yang akan berdiri sebagai ‘penata agama’).

Obesesi Pangeran Diponegoro untuk berhaji dan tinggal di Makkah tampak pada beberapa peristiwa ketika pangeran ini menjalani masa awal penangkapan, berlayar menuju tanah pengasingan, dan tinggal di pembuangan. Catatan komandan tentara De Stuers melaporkan betapa pangeran itu pergi berangkat ke pengasingan dengan tetap memakai pakaian ala ulama atau haji:

Scroll untuk membaca

Scroll untuk membaca

‘’Diponegoro tampak senang mengamati banyak orang di dermaga. Karena rasa ingin tahu ia menutupi muka dengan ujung sorbannya, yang justru membuat kerumunan merasa lebih tertarik kepadanya...’’

Bahkan guna menunjang semangatnya, Diponegoro sempat meminum sebotol air zamzam yang diberikan kepadanya di Magelang oleh seorang haji yang baru kembali dari tanah suci. Menurut Dipongero: air ini (zamzam) yang diminum para Muslim terkemuka yang telah memahami rahasia agung ajaran agama Rasul.

Selama dalam perjalanan menuju tanah pengasingan, di atas kapal dari Semarang ke Jakarta, Diponegoro selalu menuntut hak atas kepastian di mana dia akan diasingkan.”Orang tahu bahwa saya ingin mendapat kepastian mengenai hak-hak legal saya apakah akan dikirim ke Makkah atau ke tempat lain."

Situasi yang sama juga ditunjukan ketika Diponegoro berlayar dari Jakarta menuju Manado (Sulawesi Utara). Sembari menunggu kapal melepas sauh, Diponegoro sempat berkata kepada ajudan militer Van den Bosch yang bernama Knoerle bahwa sesampai di Manado ia akan meminta uang dan kapal kepada Gubernur Jendral untuk pergi ke Makkah begitu kekuataannya pulih dan hatinya merasa tenang serta damai kembali. Dan keinginan pergi ke Makkah ia kerap tunjukan selama di atas kapal dengan meminta kapten kapal menunjukkan letak pulau-pulua sekaligus jalur kapal menuju Jeddah.

Kontak Info

Jl. Warung Buncit Raya No 37 Jakarta Selatan 12510 ext

Phone: 021 780 3747

[email protected] (Marketing)

× Image