Oey Kiat Tjin dan Nasib Tragis Kapitein der Chinezen Tangerang Terakhir

Sejarah  

Kapten yang (tak) Diperlukan

Untuk menjawab pertanyaan ini, mungkin kita perlu membaca literatur tentang perdebatan tiga dekade tentang apakah masih perlu sistem perwira di masyarakat Tionghoa. Perdebatan itu dimulai 1900-an, ketika pengaruh nasionalisme Tiongkok sampai ke Hindia-Belanda.

Oey Djie San dan Oey Kiat Tjin menjadi pemimpin komunitas Tionghoa Tangerang dalam periode itu.

Scroll untuk membaca

Scroll untuk membaca

Oey Djie San diangkat sebagai kapten tahun 1907, ketika perdebatan tentang apakah masih perlu sistem perwira bagi komunitas etnis di sedemikian panas, dan memicu pengosongan posisi kapten di sejumlah wilayah di Pulau Jawa. Bahkan, menurut Monique Erkelens dalam The Decaline of the Chinese Council of Batavia, terjadi serangan terhadap kapten dan letnan di beberapa wilayah di Hindia-Belanda.

Di masyarakat Tionghoa di kota-kota besar di Pulau Jawa, komunitas Cina terpecah menjadi dua; peranakan dan xinke atau pendatang baru. Perpecahan yang di beberapa tempat di Pulau Jawa memicu benturan skala kecil tapi mengkhawatirkan.

Sebagian orang Tionghoa mengatakan sistem perwira tidak diperlukan lagi. Orang Tionghoa tidak butuh letnan, kapten, mayor, sebagai pemimpin. Fakta memperlihatkan kebanyakan pemimpin komunitas tidak dipilih di antara orang cerdas. Seseorang menjadi pemimpin etnis Tionghoa karena kaya, dan mewariskan kepemimpinan kepada anaknya yang mewariskan kekayaan. Banyak pula darikapten dan letnan itu buta huruf Cina dan Latin.

Sebagian komunitas Tionghoa perkotaan dan berpendidikan menginginkan sistem perwira dibubarkan, seraya menuntut kesamaan hak dengan kulit putih. Lainnya, terutama para kapten yang diuntungkan dengan sistem perwira, menentang hebat gagasan ini. Alasannya, orang Cina miskin masih membutuhkan kapten atau letnan ketika terjadi perselisihan. Kapten dan Letnan juga sangat penting untuk mengkomunikasikan kepentingan komunitas ke pemerintah Hindia-Belanda.

Di kalangan pejabat Hindia-Belanda, perdebatan juga tak kalah sengit. Sinolog, atau ahli Cina di pemerintah Hindia-Belanda, menghendaki sistem perwira dihapuskan dan secara bertahap diganti dengan sistem pemimpin yang diangkat dan digaji pemerintah.

Puncaknya terjadi pada September 1917, ketika pemerintah Hindia-Belanda membubarkan sistem perwira. Artinya, seluruh kapten dan letnan di sekujur Hindia-Belanda secara otomatis tak berlaku.

Dalam situasi ini, Oey Djie San otomatis bukan lagi kapten der Chinezen van Tangerang sejak keputusan pemerintah Hindia-Belanda itu berlaku. Di penghujung 1917, setelah tak lagi menjadi kapten der Chinezen, Oey Dji San diangkat pemerintah Hindia-Belanda sebagai anggota Gewestelijke Raad (Dewan Daerah) Batavia.

Kontak Info

Jl. Warung Buncit Raya No 37 Jakarta Selatan 12510 ext

Phone: 021 780 3747

[email protected] (Marketing)

× Image