Kisah Penulis Justus van Maurik Menyaksikan Eksekusi Hukuman Gantung di Batavia

Sejarah  

Tan Boen Ciang alias Si Empe, terpidana itu, terlihat tenang. Ia memanfaatkan beberapa menit jelang akhir usianya untuk mengisap cerutu -- sesuai permintaannya kepada petugas.

Perwakilan pemerintah membacakan putusan; Si Empeh divonis bersalah merampok dan membunuh dua wanita pribumi. Usai putusan dibacakan, Si Empe membuang cerutu dari mulutnya dan mengatakan; "Saya berterima kasih atas perlakukan manusiawi petugas selama saya di penjara." Ia juga menegaskan perampokan dan pembunuhan itu dilakukan sendirian.

Setelah itu senyap. Petugas mengencangkan ikatan tangan dan jeratan leher Si Empeh. Semua yang hadir di Stadhuisplein terdiam sempurna sebelum lantai papan di bawah kaki Si Empeh dilepas.

Scroll untuk membaca

Scroll untuk membaca

Kaki Si Empeh menggantung, bergerak-gerak sejenak, lalu diam. Wajah Si Empeh memerah dan lidah keluar dari mulutnya. Van Maurik tak kuasa melihat kengerian itu dan berpaling.

Algojo menutup wajah Si Empeh dengan kain putih, agar kejang-kejang kematian sang terpidana tak terlihat. Seorang perempuan Jawa yang menyaksikan seluruh eksekusi itu jatuh tak sadarkan diri.

Eksekusi selesai dan pengunjung bubar. Van Maurik kembali ke hotel dan berupaya melupakan semua yang dilihat di Stadshuisplein, tapi tidak bisa.

Malam hari, Van Maurik sulit memejamkan mata. Wajah kesakitan Tan Boen Ciang seolah berada di depannya. Ia membiarkan diri membayangkan wajah memerah sang terpidana sampai tak sadar ia telah mendengkur.

Keesokan pagi, seorang pelayan hotel menyampaikan undangan pesta dari Gubernur Jenderal Carel Herman Aart van der Wijck dan Nyonya.

Sumber:dutchcolonialheritage.nl

Ikuti Ulasan-Ulasan Menarik Lainnya dari Penulis Klik di Sini
Image

Kontak Info

Jl. Warung Buncit Raya No 37 Jakarta Selatan 12510 ext

Phone: 021 780 3747

[email protected] (Marketing)

× Image