Melacak Ernest Dezentje dari Keraton Surakarta Sampai Kampung Muara di Bogor

Sejarah  

Dezentje dan Soekarno

Banyak kisah tentang Ernest Dezentje dan Soekarno. Soekarno, saat belum menjadi presiden RI, menyukai lukisan Dezentje. Keduanya sering bertemu, meski Soekarno sibuk dengan aktivitasnya melawan penjajah untuk memerdekakan Indonesia.

Namun, keakraban mereka terhenti setelah kedatangan Jepang. Soekarno masih dengan aktivitasnya, sedangkan Dezentje tidak diketahui berada di mana. Kemungkinannya adalah dia ditangkap Jepang dan dijebloskan ke kamp interniran, seperti yang dialami warga keturunan lainnya.

Scroll untuk membaca

Scroll untuk membaca

Setelah Jepang hengkang dan Soekarno memproklamirkan kemerdekaan RI, Hindia-Belanda menghadapi situasi lain. Ernest Dezentje dan pelukis lainnya kemungkinan berhenti berkarya, seraya menunggu situasi.

Ketika Belanda melakukan agresi militer pertama dan Batavia dalam keadaan genting, Soekarno menitipkan putranya; Guntur Soekarnoputra di rumah Ernest Dezentje di Bogor. Ernest Dezentje menolong tanpa pamrih.

Desember 1950, atau setahun setelah penyerahan kedaulatan Hindia-Belanda kepada RIS, Soekarno menugaskan ajudannya mencari Ernest Dezentje karena salah lukisannya hilang. Mangil, ajudan itu, mencari Ernest Dezentje di Nordwijk -- kini Jl H Juanda, Jakarta.

Ernest Dezentje seolah nggak percaya Soekarno yang telah menjadi presiden masih mengingatnya. Mangil membawa Ernest Dezentje ke Istana Merdeka untuk bertemu Soekarno.

Usai pertemuan itu, Ernest Dezentje kembali berkarya. Ia sibuk dengan kanvas, cat minyak, dan berkeliling dari satu ke lain tempat untuk menangkap keindahan Indonesia.

Tahun 1952, di tengah kesibukan melukis, Ernest Dezentje kehilangan orang paling dicintai. Siti Rasmini Dezentje meninggal dunia pada usia 45 tahun dan dimakamkan di kampung halamannya di Kampung Muara, Desa Pasir Jaya, Bogor.

Tidak ingin larut dalam kesedihan, Ernest Dezentje terus berkarya. Ia sering menyambangi istana, bersama sejumlah pelukis -- salah satunya Dullah, pelopor aliran realisme di Indonesia dan kurator seni Istana Merdeka -- Ernest Dezentje berbincang dengan Soekarno.

Lukisan-lukisan Ernest Dezentje menghiasi Istana Merdeka, Istana Bogor, Istana Tampaksiring Bali, dan Istana Cipanas. Dullah mengenang semua ini dalam salah satu bukunya.

Tidak terdengar lagi Ernest Dezentje menikah lagi. Saat itu usai Ernest Dezentje 67 tahun. Ia masih produktif, berpindah dari satu ke lain lokasi untuk menangkap keindahan setiap sudut alam Indonesia.

Ketika situasi politik bergeser, dalam satu kesempatan Soekarno menyampaikan gagasannya menghimpun seniman dalam satu wadah. Ia mengajak seniman bersatu dalam semangat revolusi.

Baca lanjutan di halaman berikutnya...

Kontak Info

Jl. Warung Buncit Raya No 37 Jakarta Selatan 12510 ext

Phone: 021 780 3747

[email protected] (Marketing)

× Image