Budaya

Kerudung Arimbi Pada Kisah Pengorbanan Ibu Dalam Seloka Pewayangan

Ilustrasi Hidimbi dan Bima, sebuah Litograf terbitan Raja Ravi Vami Press.
Ilustrasi Hidimbi dan Bima, sebuah Litograf terbitan Raja Ravi Vami Press.

Oleh: Dr Rusdian Lubis, Dosen SBM ITB, Profesional Senior Bidang Pengelolaan SDA dan Lingkungan Hidup, dan Penulis Senior

Tokoh wanita dan Ibu dalam pewayangan yang saya kagumi antara lain, Dewi Arimbi. Sebelum dihias menjadi wanita cantik oleh Dewi Kunti, dia berwujud raseksi gagah perkasa puteri dan pewaris tahta Pringgandani, kerajaan Prabu Tremboko.

Dalam wiracarita Mahabarata versi India Arimbi disebut 'Hidimbi' (Dewanagari: हिडिम्बी). Hiḍimbī adalah seorang raksasii (raksasa wanita). Ia merupakan saudara Hidimba, seorang penghuni hutan Kamyaka. Sama dengan versi Mahabarata, Hidimbi menikah dengan Bima salah satu Pandaawa, dan melahirkan seorang putra yang diberi nama Gatotkaca yang dipuja sebagai tokoh pria paripurna: Lelaki bertulang besi berotot kawat.

Scroll untuk membaca

Scroll untuk membaca

Arimbi pada suatu peristiwa akhirnya dinikahi oleh Bima, pembunuh kakaknya-- Raja Arimba. Kisah perkawinannya menjadi 'skandal' lantaran adik adiknya Brajadenta, Brajamusti, Brajalamatan melawan Arimbi yang didukung oleh Kala Bendana, adik bungsu. Cerita Pringgandani Saga atau Pringgandani Throne amat menarik dan tragis.

Singkat kata, Arimbi menjadi ratu dan kemudian tahtanya diberikan ke Gatotkaca. Sebagai Ibu, cinta Arimbi ke anaknya total. Dalam berbagai kisah, wanita ini sering malah diceritakan lebih sakti dari suaminya, Bima. Sound familiar ?

Arimbi tak sungkan turun tangan melabrak musuh anaknya. Tak tanggung tanggung dalam kisah Rebutan Kikis Tunggarana, mantan raseksi yang bisa terbang dan menghilang (de pu suami tara bisa) melabrak Dewi Pratiwi, salah satu dari ratusan isteri Kresna dan ibu Boma Narakasura (Sutija).