Tanah Asal Darah dan Air Mata: Journey to Suriah, Lebanon, Palestina, Bosnia..!
BudayaNYANYIAN KEKASIH DI BOULEVARD KHALIL GIBRAN STREET
Pada deretan plaza aku temukan sosok bayanganmu yang
membatu. Hidup menjadi anteian keluhan. Ada yang
menjelma kecap, ketimun, selada, daging kambing panggang,
kaleng soda, cendawan hutan, atau sekawanan binatang
ternak.
Kekasih, aku potong kepalaku sendiri ketika hujan pagi
ini menggenangi got-got dan pelimbahan komplek taman.
Sebelum itu aku telah pakukan namamu pada bangku taman
dan tiang ayunan. Angin hanya beku memandangku ketika
mata gergaji mulai menetaki ruas batang leher. Tak ada
darah. Tak ada air mata. Tak ada lenguhan. Semua diam
membisu.
Percuma bila Tuhan kau keluhkan. Nasib menuai mati di
tanganku. Tak perlu lagi doa yang kau ulurkan karena
itu telah berubah menjadi sulur akar pohon yang akan
merambati batu nisanku.
Kekasih, alangkah indahnya bila hidup yang mulai sudah seperti mati
PENULIS:
Muhammad Subarkah. Penulis dan Jurnalis Republika. Karyanya berupa cerpen, puisi, hingga esai tersebar di berbagai media semenjak mahasiswa. Permah mengurusi majalah mahahsiswa, menukis karya tulis ilmiah dan jurna, meraih pengharngaan jurnalisme award Husni Thamrin dan penulisan Pemilu KPU. Menulis buku Lelali Buta Melihat Ka;bah dan Orang Buta Melihat. Ka’bah yang diterbitkan penerbut Republika. Puisi berada dalam berbagai antologi puisi yang diterbitan Kompas, Jawa Pos, hingga Majalah Horison. Terakhir menulis buku untuk Demokrasi Di Era Digital yajng diterbitkan Yayasan Pusaka Obor dan Perhimpunan Penulis Satu Pena tahun 2021. Juga menulis untuk buku Kemanusian Corona yang diterbitkan Balai Pustaka dan Perhimpunan Penulis Satu Pena tahun 2019. Puisi-puisinya terkini termuat dalam antologi Kemanusian Palestina SATU PENA berjudul 'Perang Pecah di Gaza', Penerbit PT Cerah Budaya Indonesia, Desember 2023. Menulis tesis, jurnal, dan buku tentang jurnalisme profetik.