Jejak Pejorasi Gatolotjo Dalam Mengolok Ajaran Kaum Muslim di Jawa

Budaya  

Dalam buku ‘Naik Haji Di Masa Silam’ yang ditulis Henri Chambert –Loir diceritakan seperti ini:

Tokoh utama dalam Suluk Gatoloco kerapa bedebat agama dengan orang-orang santri yang selalu kalah. Tokoh utama, Gatoloco, memperlihatkan kepicikan dari penafsiran kata-kata dan konsep agama secara harfiah, yang berarti sikap budak terhadap mode pikiran asing (yaitu Arab), dibandingkan penafsiran bebas, terbuka,dan kiasan yang terus mencari makna tersembunyi dalam kata-kata (melalui persamaan bunyi). Dengan kata lain Gotoloco (ingin) membuktikan kelebihan aliran mistik jawa atas ajaran asing.

Henri kemudian mengutip pendapat sejarawan Ben Anderson. Dalam bukunya, Ben Anderson menilai: Sebagain besar suluk itu merupakan polemik yang amat tajam melawan ortodoksi Islam yang oleh pengarang anonim jelas dipandang sebagai sikap picik, dangkal formalis. Dalam perdebatan ini Mekkah misanya oleh Gatoloco dianggap bukan pusat dunia sebagaimana dipercaya seorang santri, melainkan sebagai sebuah negeri ‘yang dikutuk Allah’. Teks ini mengutarakan dengan kasar dan jorok beberapa gagasan yang juga ditemukan dalam konteks lain.

Scroll untuk membaca

Scroll untuk membaca

Sikap pejoratif serat Gatoloco terhadap Islam, Mekkah, dan haji diantaranya terjejak dalam perdebatannya bersama tiga orang santri. Isinya seperti ini:

Ini dibalas oleh para santri demikian: “Mekkah adalah pusat dunia! Kamu betul tidak tahu di mana pusat dunia? Tempatnya di Tanah Suci, di mana hujan turun hanya sekali setahun. Di sana berdiri Ka’bah yang matahari saja tidak lewat di atasnya.” Ki Gotoloco bertanya: “Apa itu Ka’bah?”—“Ka’bah adalah cadas raksasa, Nabi Ibrahim adalah tuannya, dan kenapa Ka’bah didirikan di situ? Untuk menunjukkan pusar bumi. Orang Islam bersujud di hadapannya, di segala penjuru dunia.

Kata Ki Gotoloco,” Sekali lagi kalian salah mengerti kebenaran. Tanah Mekkah dikutuk Allah. Karena orang Mekkah dihadapan sesuatu yang bukan kebenaran Illahi, maka laki-laki dan wanita harus menderita dari angkara murka Hyang Widi (..). Kalian bersikeras menjuluki Mekkah sebagai pusar dunia. Dari mana belajar kalian? Kalian hanya mengulang-ulang saja. Apakah sudah pernah memeriksa tempatnya sendiri?” Di balas ketiga santri,”Demikianlah dikatakan dalam kitab-kitab kami.”

Ki Gatoloco tertawa dan menjawab dengan ketus,”Kalian santri penghuni neraka, karena percaya apa saja yang didengar. Kalian demikian sesat sampai mempercayai tinta dan kertas, tetapi melalaikan pesan tentang dunia lahir batin.

Jadi itulah salah satu contoh mengenai pejorasi ajaran Islam dalam serat Gatolotjo. Di masa depan buku-buku seperti ini tak iperlu lagi dibuat atau diterbitkan: Bagimu agamamu, dan bagiku agamaku..!

Sesederhana itu memang...

Kontak Info

Jl. Warung Buncit Raya No 37 Jakarta Selatan 12510 ext

Phone: 021 780 3747

[email protected] (Marketing)

× Image