Kalimat Kebun Binatang, dan Makian Dalam Berbahasa: Benarkah Indonesia Bangsa Beradab?
BudayaSetiap pemilu dan pilpres, nyaris melahirkan diksi yang konotatif sinis, bahkan makian dan kemarahan. Seperti cebong, kampret, kadrun, dan sekarang gemoy, sorry ye, omon-omon, dan lainnya.
Bahkan juga istilah pelacur sekarang diperkaya dengan ayam kampus, bispak, bisyar, cabe-cabean, kimcil, perek, ciblek dan sebaginya. Lagu-lagu anak anak pun ada yang tanpasadar membentuk karakter kasar dan main serobot.
Hal itu seperti: si kancil anak nakal suka mencuri timun ayo LEKAS DIPUKUL JANGAN DIBERI AMPUN. Kemudian lagu Naik Kereta Api, yang boleh NAIK DENGAN PERCUMA alias gratisan.
Melihat dinamika bahasa kita, mungkinkah sesungguhnya kita harus mawas diri, apakah kita sesungguhnya adalah bangsa yang beradab?
Fenomena anarkhi, amuk, amarah, vandalisme dan mesum yang terjadi dimanamana, dikaitkan dengan dinamika kosakata dan bahasa, apakah sesungguhnya bangsa kita sedang menuju degradasi moral?
Mungkin saya salah duga tapi ini saya sekedar mencoba untuk merefleksikan. Salam.