Trauma Menggantikan Kegembiraan Para Ibu yang Melahirkan di Gaza
PolitikPerang telah menghancurkan sistem layanan kesehatan di Gaza pada saat 180 bayi lahir setiap hari, menurut angka PBB. Dari 7 Oktober hingga 5 Januari, Organisasi Kesehatan Dunia mendokumentasikan 304 serangan Israel terhadap fasilitas kesehatan di Gaza, yang juga menewaskan lebih dari 300 petugas medis.
Kekurangan tenaga medis dan bidan, ditambah dengan pengepungan Israel di Gaza, mengancam kehidupan banyak perempuan hamil dan bayi.
Kasus Raeda al-Masry
Raeda al-Masry juga mengenakan isdal, pakaian yang umum dipakai wanita Gaza untuk menjaga privasi mereka.
Dia duduk bersila di lantai ruang kelas tempat dia berteduh, menggendong bayinya dalam posisi bersendawa, menepuk-nepuk pantatnya dengan lembut sambil berbicara dengan penuh semangat kepada Al Jazeera.
Raeda berasal dari Beit Hanoon dan mengungsi ke Jabalia pada masa-masa awal perang.
“Blok tempat kami berlindung dibom, dan saya ditarik keluar dari bawah reruntuhan oleh tim penyelamat, saya dan putra sulung saya, yang berusia 14 bulan,” katanya, menjelaskan bagaimana mereka bisa pindah ke sekolah tersebut.
“Moath lahir di sini, di ruang kelas sekitar dua bulan lalu. Ketika persalinan saya dimulai, kami memanggil ambulans atau semacamnya, tetapi tidak ada sumber daya. Tidak ada yang datang untuk membantu.
“Ya ampun, ini adalah kelahiran yang sulit. Tidak ada apa pun di sini yang dapat membantu selama persalinan. Aku bahkan tidak punya pakaian apa pun. Orang-orang harus mencari-cari sesuatu untuk menemukan sesuatu yang bisa saya masukkan ke dalam Moath.”