Pemilu Anggota Volksraad Hindia Belanda 1918 Hingga Pemilu Aneh Orde Baru

Politik  

Golkar dapat giliran 18 Maret 1982. Mereka mau mengatasi jumlah massa PPP. Tampak di lapangan anak-anak berseragam sekolah menengah. Keributan bermula dari sini karena katanya mereka menolak mengisi daftar hadir. Keributan makin menjadi dan panggung kampanye Golkar terbakar. Insiden ini sama sekali tak ada kaitan dengan PPP.

Sepanjang sejarah Pemilu di Indonesia, gairah kampanye selalu tidak berbanding lurus dengan ghirah perjuangan saat sudah dalam gedung DPR. Kendali partai super kuat mereka batasi kreatifitas para anggotanya yang menjad anggora DPR. Ide-ide tentang kekuasaan lebih besar pengaruhnya dari pada ide-ide tentangdemokrasi. Demokrasi dipahami terbatas pada election saja.

Contohnya aku alami langsung. Pada suatu hari di musim kampanye 1982 saya ke luar kota Jambi. Dari kota itu kami menuju lokasi dengan mobil kampanye yang sudah dilengkapi dengan sound system.

Scroll untuk membaca

Scroll untuk membaca

Setelah perjalanan sekitar dua jam jam dari kota Jambi, kami pun tiba di lokasi. Sepi nian lokasi itu. Tak ada sesiapa. Tapi panitia tetap bekerja siapkan sound system:"Ayo Pak Ridwan saya bantu naik ke atap mobil. Bapak pidato di situ. Tak ada podium, Pak," Kata panitia.

Ridwan Saidi: "Pidato? Massanya mana?"

Panitia: "Sini, pak, tengok ndak di balik sawah?" Kata panitia menunjuk-nunjuk.

Aku ikuti arah telunjuknya. Benar saja ratusan ibu-ibu pada berjongkok di balik sawah dalam jarak 50 meter dari kami. Maka dengan dibopong panitia aku berhasil berdiri di mobil didampingi dua orang panitia.

Aku memekik: "Allahu Akbar!" Tak terdengar sahutan. Aku merasa ini macam pidato di radio.

Kontak Info

Jl. Warung Buncit Raya No 37 Jakarta Selatan 12510 ext

Phone: 021 780 3747

[email protected] (Marketing)

× Image