Budaya

Suara Rakyat Suara Tuhan Versus Suara Rakyat Suara Iblis

Kerajaan iblis (ilustrasi).
Kerajaan iblis (ilustrasi).

Oleh: Jaya Suprana, Budayawan dan Aktivis Kemanusiaan.

PITUTUR Latin “vox populi, vox dei“ alias "suara rakyat, suara Tuhan" sudah sangat sering digaungkan terutama oleh pihak yang (merasa) menang pada pemilihan umum.

Banyak teori tentang asal-usul ungkapan “vox populi, vox dei” yang saling beda satu dengan lain-lainnya.

Scroll untuk membaca

Scroll untuk membaca

Sahabat merangkap mahaguru kewartawanan saya, Taufik Darusman menyadarkan saya bahwa peribahasa keren tersebut dipetik dari sepucuk surat yang ditulis Alquis kepada Charlemagne pada 798 Masehi: “Nec audiendi qui solent dicere, vox populi, vox dei, quum tumultuositas vulgi semper insaniae proxima sit”.

Dialihbahasakan ke Indonesia kita-kira bermakna sebaiknya: Kita jangan mendengar sesumbar suara rakyat adalah suara Tuhan sebab kesepakterjangan massa selalu dekat dengan ketidak-warasan.

Berarti secara etimologis makna vox populi, vox dei sebenarnya tidak selalu bersifat positif, namun malah bisa negatif, maka sebaiknya jangan dipercaya.