Tragedi Politik Elektoral Ganjar Pranowo
PolitikDalam survei LSI Denny JA di bulan Maret- Juni 2023, Ganjar dan Prabowo hanya saling mengalahkan saja. Tiba- tiba Ganjar di bulan November 2023, terutama setelah Mahkamah Konstitusi membolehkan Gibran untuk menjadi wakil presiden, Ganjar menyerang Jokowi.
Tak hanya Ganjar, kubu Ganjar juga menyerang Jokowi. Bahkan Megawati sendiri mengatakan: “Orde Baru Lahir Kembali!”
Itulah blunder besar yang terjadi dan direkam oleh aneka lembaga survei. Elektabilitas Ganjar yang tadinya tinggi sekali: 35%, terus berosot ke angka 27%, 25%, 21%, akhirnya di Febuari 2024, Ia hanya dapat 16%-17% saja.
Kekalahan Ganjar karena blunder yang terjadi di tengah permainan. Sedangkan kekalahan Anies karena disain strategi politiknya memang mustahil bisa menang. Mengapa Prabowo yang menang? Pada Prabowo, ia “riding the wave,” mengasosiasikan diri dengan Jokowi.
Pusatnya ada di Jokowi yang kala pilpres 2024 sangalah populer, dengan tingkat kepuasan publik sekitar 75%- 80%.
Disain kampanye Anies mustahil menang karena mengambilisu perubahan, di saat presiden yang sedang berkuasa sangat populer. Mayoritas publik tak ingin perubahan, tapi keberlanjutan.
Tragedi Ganjar karena ia tadinya berasosiasi paling dekat dengan Jokowi, sama- sama dari PDIP, malah menyerang Jokowi. Sebaliknya, Prabowo yang menang karena berhasil mengambil secara eksklusif “Jokowi’ Effect” untuk dirinya sendiri.
Kebetulan memang saat itu saya berada dalam kubu Prabowo. Saya ikut merumuskan strateginya, walau tentu saja, strategi itu awalnya datang dari Prabowo sendiri.
Insting Prabowo dalam berpolitik sangatlah tajam. Ia sudah mengikuti Pilpres ini lima kali ini berturut- turut. Jika kalah lagi, selesai sudah. Kondisi ini yang membuat semua potensi bawah sadarnya keluar.