Sejarah

Anomali Pemilu 1955: Dari Pengerahan Masa Miskin Ibu Kota, Perang Pidato, Hingga Musik Kampanye

Suasana kampanye Pemilu 1955.
Suasana kampanye Pemilu 1955.

Semenjak wafatnya ‘Babe’ Ridwan Saidi setahun silam, sosok yang bisa bercerita panjang dan detil mengenai sejarah berbagai anomali di Pemilu Indonesia makin sulit didapatkan. Mungkin Babe Ridwan layaknya menjadi ‘Last Mohican’ dalam dapat penulis meminta pendapatnya secara langsung karena dia mengikuti berbagai orde pemilu, baik di masa Orde Lama, Orde Baru, dan Orde Reformasi. Bahkan, Ridwan terjun langsung sebagai pemain politiknya.

Bahkan, beberapa hari sebelum wafat saat itu Babe dengan sangat detil menjelaskan data apa saja yang pernah terjadi pada ajang politik ini.

Babe Ridwan ketika bercerita soal Pemilu Indonesia, dia pasti memulai dari keadaan di awal 1950-an, di mana sekelompok anak muda yang menjadi kader PKI, Aidit DKK, mengambil partai itu dari kalangan generasi tua. Kala itu PKI yang sudah mati suri dibangkitakan kembali oleh keputusan Presiden Soekarno karena akan segera berlangsung Pemilu 1955. Ridwan mengatakan pengambilah PKI tersebut dilakulan sekitar tahun 1952. Atau, tiga tahun sebelum Pemilu 1955.

Scroll untuk membaca

Scroll untuk membaca

‘’Aiditlah yang memimpin reorganisasi partai PKI pada awal 1950-an itu. Ini dilakukan setelah PKI dinyatakan pemerintah usai tahun 1948 akibat mereka melakukan pemberontakan di Madiun. PKI yang terpuruk, bahkan ketua partainya Musso ditembak mati, oleh Aidit dihidupkan kembali,’’ kata Ridawan Saidi saat itu.