Anomali Pemilu 1955: Dari Pengerahan Masa Miskin Ibu Kota, Perang Pidato, Hingga Musik Kampanye

Sejarah  

Perliaku yang sama juga terjadi di Jakarta ketika Aidit berkampanye di Lapangan Banteng. Dari atas mimbas kampanya yang menggunakan pengeras suara bermeret TOA, Aidit menyebut: “Bila Masyumi menang, maka nama Lapangan Banteng akan diganti menjadi Lapangan Onta!”

Pada hari berikutnya, pidato ejekan Aidit kepada Masyumi di Lapangan Banteng itu kemudian KH Isha Anshari. Dalam pidatonya dia mengatakan: ‘kalau PKI menang Pemilu nantinya lapangan Banteng akan diganti namanya menjadi Lapangan Lenin,’’ ujar Ridwan sembari terkekeh seraya mengatakan kala itu dia merasa ‘demen’ dengan isi pidato elit partai dalam kampanye yang pasti bernas menadangan ketinggian pencapaian tingkat intelektualitasnya.

Anomali yang lain pada pemilu 1955 adalah pilihan bentuk hiburan diajang kampanye. Masing-masing partai punya cirinya sendiri.’’Yang paling kontras tentu saja gaya hiburan dipanggung kampanye antara PKI dan Masyumi. PKI berkampanye dengan diiringi band musik keroncong dan bahkan main rebana segala. PNI berkampanye dengan diiringi hiburan dari band lagu Melayu. Saya yang kala itu masih sangat muda suka melihat ajang kampanye dari kedua partai itu,’’ kata Ridwan menandaskan.

Scroll untuk membaca

Scroll untuk membaca

Kemudian apa anomali yang lain dari Pemilu 1955 sampai Pemilu hingga zaman reformasi (Pemilu 2019, pemilu terakhir yang diikutinya sebelum wafat,re). Bae Ridwan mengatakan: Emang beda Pemilu 1955 dengan pemilu berikutnya adalah Pemilu ‘nyang’ 1955 baru tahu siape pemenangnya setelah coblosan. Pada ajang pemilu sesudah itu sebelum coblosan kite bisa ‘tau’ siapa pemenangnya ha ha ha ha,’’ kata Ridwan Saidi sembari tertawa kekeh-kekeh.

Kontak Info

Jl. Warung Buncit Raya No 37 Jakarta Selatan 12510 ext

Phone: 021 780 3747

[email protected] (Marketing)

× Image