Kala Negarawan Inggris Takjub dengan Kemeriahan Istanbul di Malam Ramadhan Pada Masa Ottoman

Sejarah  

Hornby juga menjelaskan suasana pemandangan di luar, yang dia temukan "meningkat seperti dalam kosah animasi".

Menurutnya, setelah salat selesai:

“Semua orang mengunjungi semua orang; kerumunan orang sangat padat sehingga Anda hampir tidak bisa melewati jalan raya utama; semua kursi di depan kafe dan toko terisi, di mana pun Anda mendengar nyanyian, nyanyian, dan musik."

Scroll untuk membaca

Scroll untuk membaca

"Masjid-masjid pada malam itu pun sinarnya semakin terang. . Pada tali yang direntangkan dari satu menara ke menara lainnya, sosok-sosok yang terbuat dari lampu-lampu yang digantung dengan cerdik, melambangkan bunga, hewan, burung, kapal, dan benda-benda lainnya, berayun tinggi di udara,” tulisnya."

Hornby melanjutkan: 'Gemerlap malam Ramadhan itu menjadi seperti 'Seribu Buyouroun", (Tolong) ajaklah orang-orang yang lalu lalang ke toko-toko, dan berbaurlah dengan dengungan orang banyak yang sibuk."

Dan semua tuan rumah ini yang tumpah di jalanan Istanbul itu, tanpa seorangpun yang mengarahkan pergerakannya. Semuanya berjalan tertib dan tenang; tidak ada rebutan atau saling berdesakan.

"Tidak ada kebisingan atau kelebihan yang akut. Mungkin ini adalah bagian yang paling indah dari keseluruhannya, dan memberikan suasana misteri pada pemandangan itu, yang membuat Anda hampir terkesan dengan keyakinan bahwa Anda sedang menyaksikan lanjutan kisah berbingkai Arabia legendaris Seribu Satu Malam. Pada malam itu Istanbul menjadi kota yang tengah berkisah tentag "Seribu Dua Malam' dalam bucaya Arabia."

Kontak Info

Jl. Warung Buncit Raya No 37 Jakarta Selatan 12510 ext

Phone: 021 780 3747

[email protected] (Marketing)

× Image